Kalbe.co.id
– Para peneliti dari Universitas Minnesota melaporkan bahwa cangkok darah plasenta
memberikan hasil yang lebih baik pada pasien kanker darah dibandingkan cangkok
sumsum tulang belakang. Hal ini menurut sebuah analisis hasil data pada Center
for International Blood and Marrow Transplant Research (CIBMTR), Medical
Collage of Winconsin, Milwaukee. Analisis mencakup hasil cangkokan 785
anak-anak berumur di bawah 16 tahun yang didiagnosis Acute Lymphoblastic
Leukimia (ALL) atau Acute Myeloid Leukimia (AML).
Ini adalah
studi pertama yang secara langsung membandingkan sumsum tulang belakang yang
cocok, yang saat ini dipertimbangkan sebagai cangkokan yang lebih disukai,
darah plasenta yang cocok dan tidak cocok. Ada kontroversi di dalam komunitas
medis mengenai sumber apa dari sel induk darah (darah plasenta atau tulang
belakang) yang dipertimbangkan menjadi gold standard untuk penanganan
leukimia anak-anak.
Di dalam
studi ini, para penyelidik membandingkan hasil-hasil pasien leukimia yang
menerima cangkok sumsum tulang belakang tidak berkaitan dengan mereka yang
menerima cangkok darah plasenta. Ketika semua donor sumsum tulang belakang
dicocokkan, hampir semua donor darah plasenta tidak cocok.
Sasaran
utama penelitian ini adalah membandingkan hasil setelah congkok sumsum tulang
belakang dan darah plasenta dan menghasilkan pedoman bagi dokter yang
mencangkok dalam pemilihan donor terbaik untuk anak-anak penderita leukimia.
Secara mengagumkan, darah plasenta yang tidak cocok memberikan hasil sebaik
sumsum tulang belakang seperti yang diukur pada angka ketahanan hidup bebas
leukimia, tingkat ketidakcocokan dibatasi dan cukupnya jumlah sel-sel darah
plasenta. Lebih jauh, partisipan studi yang menerima darah plasenta yang cocok
mempunyai angka ketahanan hidup sebesar 20% lebih tinggi dibandingkan penerima
cangkok sumsum tulang belakang yang cocok, walaupun jumlah cangkok darah
plasenta sedikit.
Penelitian
ini dipublikasikan di dalam jurnal the Lancet edisi 9 Juni 2007 dengan John E.
Wagner, M.D., Profesor Pediatrik dan Direktur Divisi Pediatric
Hematologi/Onkologi and Bone Marrow Transplantation University of Minnesota
Medical School’s, sebagai peneliti utama. Studi ini dilakukan atas kolaborasi
dengan National Cord Blood Program of the New York Blood Center, New
York. Mary Eapen, M.D., Lektor Kepala Pediatrik di Medical Collage of Wincosin
and Direktur Ilmiah Luarbiasa CIBMTR adalah penulis utamanya.
Wagner
mengatakan, “Apa yang studi ini jelaskan adalah darah plasenta jangan
dipertimbangkan lagi sebagai terapi lini kedua. Faktanya bahwa darah plasenta
adalah memiliki keuntungan utama dapat dibuat bank dan tersedia segera. Saat
ini, pasien-pasien leukimia menunggu beberapa bulan untuk mendapatkan donor
sumsum tulang belakang yang cocok, selama waktu itu penyakit mereka dapat
kembuh. Untuk pertama kalinya, waktu pencangkokan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
pasien yang berlawanan dengan ketersediaan cangkok sumsum tulang belakang yang
cocok.”
Penelitian
ini menjelaskan bahwa menjadi lebih penting untuk menginvestasikan dalam bank
darah plasenta yang memenuhi standar tertentu dalam kaitan dengan dosis sel
(atau volume sel yang dicangkokkan) dan keragaman Human leukocyte Antigen
(HLA). HLA adalah kelompok protein dalam sel sumsum tulang belakang yang dapat
memprovokasi sistem imun agar merespon. Ketika melakukan cangkok sumsum tulang
belakang atau darah plasenta, para dokter biasanya harus mencocokkan sedekat
mungkin tipe HLA donor dan resipien.
Wagner
menmbahkan bahwa peningkatan ketersediaan akan meningkatkan kemungkinan
menemukan donor bagi etnis dan ras minoritas yang saat ini kurang terwakili
dalam relawan sumsum tulang belakang yang tercatat di seluruh dunia.
Ketika studi
menunjukkan bahwa darah plasenta lebih lama membangun kembali sel-sel pembentuk
darah dalam tubuh, hal ini berkaitan dengan risiko lebih rendah cangkok vs
inang, sebuah potensi komplikasi mematikan khususnya bila tipe HLA tidak cocok.
Angka kambuhan leukimia juga lebih rendah dengan cangkok darah plasenta yang
tidak cocok. Studi ini menunjukkan bahwa dosis sel lebih tinggi cangkok darah
plasenta memperbaiki angka ketahanan hidup, apalagi bila punya yang cocok.