Gothic text from pookatoo.com

kata bijak

kebanggaan bukan dilihat dari kesuksesan yang kita dapat , tapi dilihat dari seberapa kuat kita berusaha untuk bangun kembali saat kita terjatuh,, 1000 kali kita terjatuh bukan berarti kita kalah, tapi,,,menyusun jalan berikutnya agar meraih kemenangan, dan pengalaman itu sangat mahal harganya


Senin, 03 Desember 2012

Bukti Penelitian Ilmiah Khasiat Biji Mahoni sebagai Obat Anti Diabetes


Diabetes melittus merupakan penyakit kronis metabolik yang memerlukan pengelolaan seumur hidup baik pengobatan farmakologis maupun non farmakologis. Salah satu masalah adanya besarnya biaya pengobatan jangka panjang, sehingga perlu mencari obat anti diabetes yang relatif murah dan terjangkau masyarakat. Sebagai salah satu alternatif adalah dengan menggali khasanah budaya bangsa melalui penelitian tentang obat tradisional yang sudah lama digunakan masyarakat Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan berkhasiat tidaknya ekstrak alkohol biji mahoni sebagai bahan hipoglikemia dan menentukan keamanan penggunaanya lewat uji toksisitas akut dengan menentukan besarnya LD-50.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorik, dengan rancangan pre test-post test design. Jumlah sampel 75 ekor tikus Galur Weistar umur 2-3 bulan yang dikelompokkan secara acak masing-masing 4 ekor/kelompok untuk uji efektivitas dan 5 ekor/kelompok untuk uji toksisitas. Uji toksisitas akut menggunakan cara Carrol S Weil. Ekstrak alkohol biji mahoni disiapkan dalam 4 besaran dosis kelipatan 10, yaitu 3.2; 32; 320 dan 3200/100 BB tikus. Diberikan peroral dengan sonde lambung, kemudian gejala 48 timbul diamati tiap 15 menit selama 3 jam dan jumlah yang mati dihitung setelah 24 jam. Uji efektivitas dengan cara tes foleransi glukosa, yaitu membandingkan uji toleransi glukosa tikus normal yang diberi ekstrak biji mahoni dosis 0,032; 3,2; 32 dan 320 mg/100 BB tikus, berdasarkan dosis lazim penggunaanya di masyarakat.
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak etanol biji mahoni dosis 3,2 mg/100 BB hewan coba, setara dengan dosis lazim yang digunakan masyarakat, menyebabkan penurunan kadar glukosa darah paling optimal pada tikus normal yang mengalami perlakuan uji toleransi glukosa. Besarnya efek hipoglikemik ekstrak alkohol biji mahoni paling baik terjadi pada 1 jam setelah pemberian dan mulai berkurang efektivitasnya setelah 3 jam.

Cangkok darah plasenta sebanding dengan sumsum tulang belakang yang cocok



Kalbe.co.id – Para peneliti dari Universitas Minnesota melaporkan bahwa cangkok darah plasenta memberikan hasil yang lebih baik pada pasien kanker darah dibandingkan cangkok sumsum tulang belakang. Hal ini menurut sebuah analisis hasil data pada Center for International Blood and Marrow Transplant Research (CIBMTR), Medical Collage of Winconsin, Milwaukee. Analisis mencakup hasil cangkokan 785 anak-anak berumur di bawah 16 tahun yang didiagnosis Acute Lymphoblastic Leukimia (ALL) atau Acute Myeloid Leukimia (AML).
Ini adalah studi pertama yang secara langsung membandingkan sumsum tulang belakang yang cocok, yang saat ini dipertimbangkan sebagai cangkokan yang lebih disukai, darah plasenta yang cocok dan tidak cocok. Ada kontroversi di dalam komunitas medis mengenai sumber apa dari sel induk darah (darah plasenta atau tulang belakang) yang dipertimbangkan menjadi gold standard untuk penanganan leukimia anak-anak.
Di dalam studi ini, para penyelidik membandingkan hasil-hasil pasien leukimia yang menerima cangkok sumsum tulang belakang tidak berkaitan dengan mereka yang menerima cangkok darah plasenta. Ketika semua donor sumsum tulang belakang dicocokkan, hampir semua donor darah plasenta tidak cocok.
Sasaran utama penelitian ini adalah membandingkan hasil setelah congkok sumsum tulang belakang dan darah plasenta dan menghasilkan pedoman bagi dokter yang mencangkok dalam pemilihan donor terbaik untuk anak-anak penderita leukimia. Secara mengagumkan, darah plasenta yang tidak cocok memberikan hasil sebaik sumsum tulang belakang seperti yang diukur pada angka ketahanan hidup bebas leukimia, tingkat ketidakcocokan dibatasi dan cukupnya jumlah sel-sel darah plasenta. Lebih jauh, partisipan studi yang menerima darah plasenta yang cocok mempunyai angka ketahanan hidup sebesar 20% lebih tinggi dibandingkan penerima cangkok sumsum tulang belakang yang cocok, walaupun jumlah cangkok darah plasenta sedikit.
Penelitian ini dipublikasikan di dalam jurnal the Lancet edisi 9 Juni 2007 dengan John E. Wagner, M.D., Profesor Pediatrik dan Direktur Divisi Pediatric Hematologi/Onkologi and Bone Marrow Transplantation University of Minnesota Medical School’s, sebagai peneliti utama. Studi ini dilakukan atas kolaborasi dengan National Cord Blood Program of the New York Blood Center, New York. Mary Eapen, M.D., Lektor Kepala Pediatrik di Medical Collage of Wincosin and Direktur Ilmiah Luarbiasa CIBMTR adalah penulis utamanya.
Wagner mengatakan, “Apa yang studi ini jelaskan adalah darah plasenta jangan dipertimbangkan lagi sebagai terapi lini kedua. Faktanya bahwa darah plasenta adalah memiliki keuntungan utama dapat dibuat bank dan tersedia segera. Saat ini, pasien-pasien leukimia menunggu beberapa bulan untuk mendapatkan donor sumsum tulang belakang yang cocok, selama waktu itu penyakit mereka dapat kembuh. Untuk pertama kalinya, waktu pencangkokan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang berlawanan dengan ketersediaan cangkok sumsum tulang belakang yang cocok.”
Penelitian ini menjelaskan bahwa menjadi lebih penting untuk menginvestasikan dalam bank darah plasenta yang memenuhi standar tertentu dalam kaitan dengan dosis sel (atau volume sel yang dicangkokkan) dan keragaman Human leukocyte Antigen (HLA). HLA adalah kelompok protein dalam sel sumsum tulang belakang yang dapat memprovokasi sistem imun agar merespon. Ketika melakukan cangkok sumsum tulang belakang atau darah plasenta, para dokter biasanya harus mencocokkan sedekat mungkin tipe HLA donor dan resipien.
Wagner menmbahkan bahwa peningkatan ketersediaan akan meningkatkan kemungkinan menemukan donor bagi etnis dan ras minoritas yang saat ini kurang terwakili dalam relawan sumsum tulang belakang yang tercatat di seluruh dunia.
Ketika studi menunjukkan bahwa darah plasenta lebih lama membangun kembali sel-sel pembentuk darah dalam tubuh, hal ini berkaitan dengan risiko lebih rendah cangkok vs inang, sebuah potensi komplikasi mematikan khususnya bila tipe HLA tidak cocok. Angka kambuhan leukimia juga lebih rendah dengan cangkok darah plasenta yang tidak cocok. Studi ini menunjukkan bahwa dosis sel lebih tinggi cangkok darah plasenta memperbaiki angka ketahanan hidup, apalagi bila punya yang cocok.