Gothic text from pookatoo.com

kata bijak

kebanggaan bukan dilihat dari kesuksesan yang kita dapat , tapi dilihat dari seberapa kuat kita berusaha untuk bangun kembali saat kita terjatuh,, 1000 kali kita terjatuh bukan berarti kita kalah, tapi,,,menyusun jalan berikutnya agar meraih kemenangan, dan pengalaman itu sangat mahal harganya


Kamis, 09 Mei 2013

3 JENIS DARAH


TUGAS SISTEM IMUNE DAN HEMATOLOGI
Pertanyaan 1
Jelaskan perbedaan dari eritrosit, platelet/trombosit, dan leokosit secara mendetail  !
Jawaban
a.      Eritrosit
Pengertian & Fungsi Eritrosit ( Sel Darah Merah )
Sel Darah Merah/Eritrosit
  • Ukuran: 6 – 9 mm
  • Bentuk: bulat
  • Warna sitoplasma: merah jambu atau abu-abu
  • Granularitas: tidak ada
  • Distribusi dalam darah: > 90 % dari eritrosit normal dalam darah
http://drdjebrut.files.wordpress.com/2009/12/trombosit1.jpg?w=196&h=156

Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm kubiknya darah pada seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel darah merah dan pada seorang perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel darah merah.

Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paruparu terjadi reaksi antara hemoglobin dengan oksigen.

2 Hb2+ 4 O2 ==> 4 Hb O2 (oksihemoglobin)

Setelah sampai di sel-sel tubuh, terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb.

4 Hb O2 ==> 2 Hb2+ 4 O2

Kandungan hemoglobin inilah yang membuat darah berwarna merah. Amatilah Gambar 5.2 untuk mengenal struktur hemoglobin.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5OLcWOiD14M2fvXOXBIsrLv8VdwZh1O356uGi5i4gwbGKSLbqeTXkWf3ZI6KEeBVnZ56pddaURtk-MfuADcmPoDwchk4QvVZu2-ad3s_1W-aNQWG64TiSEUC4aGD3Fl3RfoPAkFoHTko/s1600/Gambar+5.2.jpg
Struktur Eritrosit

Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 uM dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin.


Pembentukan Eritrosit

Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, misalnya di tulang dada, tulang selangka, dan di dalam ruas-ruas tulang belakang. Pembentukannya terjadi selama tujuh hari. Pada awalnya eritrosit mempunyai inti, kemudian inti lenyap dan hemoglobin terbentuk. Setelah hemoglobin terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat pembentukannya dan masuk ke dalam sirkulasi darah.

Eritrosit dalam tubuh dapat berkurang karena luka sehingga mengeluarkan banyak darah atau karena penyakit, seperti malaria dan demam berdarah. Keadaan seperti ini dapat mengganggu pembentukan eritrosit.

Masa Hidup Eritrosit
Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu. Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara keseluruhan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah :
a.    Komponen (bahan) yang berasal dari makanan terdiri dari !
•    Protein, glukosa, dan lemak
•    Vitamin B12, asam folat, dan vitamin C
•    Elemen dasar : Fe, 100 CU dan zink
b.    Sumber pembentukan darah
•    Sumsum tulang
c.    Kemampuan resorgsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan
d.    Umur sel darah merah (entrofit) terbatas sekitar 120 hari. Sel-sel darah merah yang sudah tua di hancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang baru
e.    Terjadinya perdarahan kronik (menahun)
•    Gangguan menstruasi
•    Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti, mioma uteri, polip serviks, penyakit darah
•    Parasit dalam usus : askariasis, ankilotomiasis, taenia.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, diatas dapat digolongkan menjadi :
1.    Anemia, difisiensi best (kekurangan zat besi)
2.    Anemia mengaloglastika (kekurangan vitamin B12)
3.    Anemia hemolitik (pemecahan sel-sel darah, lebih cepat dari pembentukan)
4.    Anemia hipoplastik (gangguan pembentukan sel-sel darah)

Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin 
1.    Pengaruh anemia terhadap kehamilan
a.    Bahaya selama kehamilan
•    Dapat terjadi abortus
•    Persalinan prematuristik
•    Hambatan tumbang janin dalam rahim
•    Mudah terjadi infeksi
•    Meta hidahedosa
•    Perdarahan enteperatum
•    Ketuban pecah dini (KPD)

b.    Bahaya saat persalinan
•    Gangguan his – kekuatan mengejan
•    Kala pertama dapat berlangsung  lama, dan terjadi partus terlantar
•    Kala dua berlangsung lama
•    Kala uri dapat diikuti retensio placenta, dan perdarahan post partum karena stonis utri
•    Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
c.    Pada kala nifas
•    Terjadi sub involusi uteri menimbulkan perdarahanpost partum
•    Memudahkan infeksi, peurperium
•    Pengerluaran ASI berkurang
•    Anemia kala nifas
•    Mudah terjadi infeksi, mamae

2.    Bahaya terhadap janin
Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk :
•    Abortus
•    Terjadi kematian intrauteri
•    Persalinan prematur tinggi
•    BBLR
•    Kelahiran dengan anemia
•    Dapat terjadi cacat bawaan
•    Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal

LEUKOSIT
Jumlah Leukosit (Sel Darah Putih)

Jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit. Pada laki-laki dan perempuan dewasa setiap mm kubiknya darah hanya terdapat kira-kira 4.500 sampai 10.000 jumlah butir. Leukosit mempunyai bentuk bervariasi dan mempunyai ukuran lebih besar dari eritrosit. Leukosit mempunyai inti bulat dan cekung. Sel-sel ini dapat bergerak bebas secara amuboid serta dapat menembus dinding kapiler (diapedesis).

Jenis Leukosit 

Leukosit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu leukosit granulosit ( plasmanya bergranula = basofil , eosinofil, neutrofil ) dan leukosit agranulosit ( plasmanya tidak bergranula = limfosit, monosit ).
blood-cells-smear.gif

TROMBOSIT
Trombosit merupakan unsur dasar dalam darah yang berperan pada proses koagulasi dengan  melindungi integritas endotel pembuluh darah dan memulai perbaikan jika ada kerusakan dinding pembuluh darah (hemostasis primer). Trombosit berasal dari pecahan sitoplasma megakariosit di sumsum tulang, pematangan dan proliferasi megakariosit dikendalikan trombopoetin, suatu hormon mirip eritropoetin. Ukuran diameter trombosit bervariasi dari 1 sampai  4 µm bahkan kadang lebih besar dimana beredar sekitar 10 hari sebagai sel berbentuk piringan dan tidak berinti. Dalam keadaan normal, sepertiga kompartemen trombosit disekuestrasi di limpa.
Agar terjadi hemostasis primer normal dan trombosit membentuk sumbat inisial, maka jumlah trombosit harus memadai di sirkulasi dan berfungsi normal. Awalnya terjadi adhesi trombosit, agregasi trombosit, dan reaksi pembebasan trombosit disertai rekrutmen trombosit lain. Uji laboratorium  menilai fungsi trombosit yakni :
  • Hitung Trombosit : Cara paling cepat dan sederhana, tetapi kurang akurat. Jumlah trombosit dapat dihitung secara manual dan elektronik. Harga normal 150.000 sampai 450.000 sel/µL.
  • Agregasi Trombosit : Diukur dengan menimbulkan kontak plasma kaya trombosit dan zat penginduksi agregasi seperti kolagen, epinefrin, antibiotic ristosetin, ADP,dll.
  • Waktu Perdarahan : Uji ini sulit distandarisasi dimana hasilnya berbeda di bagian kulit dan kondisi eksternal yang berbeda, juga tindakan insisi kulit standar yang dilakukan beberapa kali tidak menyenangkan bagi pasien.
  • Retensi Trombosit : Melakukan penghitungan kuantitatif jumlah trombosit yang melekat ke butir-butir kaca dan sekarang sudah jarang dilakukan.
  • Beta-Thromboglobulin dan Faktor Trombosit 4 : Pemeriksaan terhadap produk trombosit seperti beta thromboglobulin, factor 3 dan 4, dan zat antara prostaglandin.

Pertanyaan  2
Jelaskan kaitan antara keseimbangan air, elektrolit dan asam basa serta jelaskan fisiologi elektrolit dan bagian-bagiannya !
Jawaban :

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
SERTA KESEIMBANGAN ASAM BASA

Pengaturan keseimbangan elektrolit

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat meialui sistem atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh sistem hormonal, yakni ADH (anti diuretik hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.


1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau cat padat secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.

Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding rnolekul kecil. Moiekul akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis ini penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda, dan di dalamnya di masukkan sel darah merah maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan berdifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9 % merupakan larutan yang isotonik, karena larutan NaC 1 mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. larutan liipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan larutan intrasel.

Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya















Tekanan Cairan
Perbedaan lokasi antara di interstisial dan pada ruang vaskuler menimbulkan tekanan cairan yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik atau osmotik koloid.
         Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang disebabkan karena volume cairan dalam pembuluh darah akibat kerja dari organ tubuh.
         Tekanan onkotik merupakan tekanan yang disebabkan karena plasma protein.
Perbedaan tekanan kedua tersebut mengakibatkan pergerakan cairan. Misalnya terjadinya filtrasi pada ujung arteri, tekanan hidrostatik lebih besar dari tekanan onkotik sehingga cairan dalam vaskuler akan keluar menuju interstisial. Sedangkan pada ujung vena pada kapiler, tekanan onkotik lebih besar sehingga cairan dapat masuk dari ruang interstisial ke vaskuler. Pada keadaan tertentu, dimana serum protein rendah, tekanan onkotik menjadi rendah atau kurang maka cairan akan di absorpsi ke ruang vaskuler.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bi1a dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekul intinya tidak dapat bergabung, larutan tersebut disebut: koloid. Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan yang sama dapat becrgabung maka larutan tersebut discbut kristaloid. Scbagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam. Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pembcrian cairan intravena. Biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intrmuskular bersifat isotonik karena mempunvai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. larutan intravena yang hipotonik, yang larutan mempuyai konsentrasi kurang pekat disbanding dengan konsenirasi plasma darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan interstisial, karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar disbanding cairan interstisial dan molekul protein lebih besar, maka akan terbentuk larutan koloid Yang sulit menembus membran semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
b. Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, Yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.


Keseimbangan Cairan
a.      Intake cairan dan output cairan
Keseimbangan cairan terjadi apabila kebutuhan cairan atau pemasukan cairan sama dengan cairan yang dikeluarkan.
1)    Intake cairan
Pada keadaan suhu dan aktivitas yang normal rata-rata pada orang dewasa minum antara 1300-1500 ml perhari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh sekitar 2600ml, sehingga kekuarangan 1100-1300 ml. kekurangan cairan tersebut diperoleh dari pencernaan makanan sayur-sayuran mengandung 90% air, buah-buahan 85% dan daging 60% air. Kekurangan cairan dapt diperoleh dari makanan dan oksidasi selama proses pencernaan makan
Intake cairan meliputi:
Minum
:
1300 ml
Pencernaan makanan
:
1000 ml
Oksidasi metabolik
:
 300 ml
Jumlah
:
2600 ml
Kebutuhan Intake cairan berdasarkan umur dan berat badan:
No
Umur
BB(KG)
Kebutuhan Cairan
 1
3 hari
3
250-300
2
1 tahun
9,5
1150-1300
3
2 tahun
11,8
1350-1500
4
6 tahun
20
1800-2000
5
10 tahun
28,7
2000-2500
6
14 tahun
45
2200-2700
7
18 tahun
54
2200-2700

2)      Output Cairan
Kehilangan cairan dapat melalui 4 (empat) rute yaitu:
a)      Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinariusmerupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normaloutput urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b)      Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis padakulit.besarnya tergantung dari aktivitas, jumlahnya 0-500 ml
c)      Insensible water loss (IWL)
IWL merupakan pengeluaran cairan yang sulit diukur, pengeluaran ini melalui kulit dan paru-paru/pernapasan. Jumlahnya sekitar 1000-1300ml. keadaan demam dan aktivitas meningkatkan metabolisme dan produksi panas, sehingga meningkatkan produksi cairan pada kulit dan pernapasan.
d)     Feses
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon)
                 Pengeluaran cairan meliputi:
Ginjal
:
1500 ml
Melalui keringat
:
0-500 ml
Insensible water loss (IWL):

         Kulit
         Paru-paru


:
:


600-900 ml
400 ml
Feses
:
100 ml
Jumlah
:
2600-2900 ml


b.      Pengaturan Keseimbangan Cairan
Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh, ada beberapa mekanisme tubuh diantaranya:
1)      Rasa Haus
Pusat rasa haus berada pada hypotalamus dan diaktifkan oleh peningkatan osmolaritas cairan ekstarsel. Dapat juga disebabkan karena hipotensi, poliuri atau penurun volume cairan. Rasa haus merupakan manifestasi klinik dari ketidakseimbangan cairan, sehingga merangsang individu untuk minum.
2)      Pengaruh Hormonal
Ada 2 jenis hormon yang berperan dalam keseimbangan cairan yaitu Antidiuretik Hormon (ADH) dan Aldosteron.
a)      Hormon ADH
ADH dihasilkan Ihipotalamus yang kemudian disimpan pada hipofisis posterior. ADH disekresi ketika terjadi peningkatan serum protein, peningkatan osmolaritas, menurunnya volume CES, latihan/aktivitas yang lama, stress emosional, trauma. Meningkatkan ADH berpengaruh pada peningkatan reabsorpsi cairan pada tubulus ginjal. Reaksi mekanisme haus dan hormonal merupakan reaksi cepat jika terjadi deficit cairan. Faktor yang menghambat produksi ADH adalah hipoosmolaritas, meningkatnya volume darah, terpapar dingin, inhalasi CO2 dan pemberian antidiuretik.
b)      Hormon aldosteron
Hormon ini dihasilkan oleh korteks adrenal dengan fungsinya meningkatkan reabsorpsi sodium dan meningkatkan sekresi dari ginjal. Sekresi aldosteron distimulasi yang utama oleh sistem renin-angotensin I. angiotensin I selanjutnya akan diubah menjadi angiotensin II. Sekresi aldosteron juga distimulasi oleh peningkatan potasium dan penurunan konsentrasi sodium dalam cairan interstisial dan adrenocortikotropik hormon (ACTH) yang diproduksi oleh pituitary anterior. Ketika menjadi hipovolemia, maka terjadi tekanan darah arteri menurun, tekanan darah arteri pada ginjal juga menurun, keadaan ini menyebabkan tegangan otot arteri afferent ginjal menurun dan memicu sekresi renin. Renin menstimulasi aldostreon yang berefek pada retensi sodium, sehingga cairan tidak banyak keluar melaui ginjal.
3)      Sistem Limpatik
Plasma protein an cairan dari jaringan tidak secara langsung direaksorpsi kedalam pembuluh darah. Sistem limpatik berperan penting dalam kelebihan cairan dan protein sebelum masuk dalam darah.
4)      Ginjal
Ginjal mempertahankan volume dan konsentrasi cairan dengan filtrasi CES di glomerulus, sedangkan sekresi dan reabsorpsi cairan terjadi di tubulus ginjal.
5)      Persarafan
Mekanisme persarafan juga berkontribusi dalam keseimbangan cairan dan sodium. Ketika terjadi peningkatan volume cairan CES, mekanoreseptor merespon pada dinding atrium kiri untuk distensi atrial dengan meningkatkan stroke volume dan memicu respons simpatetik pada ginjal untuk pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal.

2.7.   Konsentrasi Cairan Tubuh
a.       Osmolaritas
Osmolaritas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut per liter larutan,diukur dalam miliosmol. Osmolaritas ditentukan oleh jumlah partikel terlarut per kilogram air. Dengan demikian osmlaritas menciptakan tekanan osmotik sehingga mempengaruhi pergerakan cairan. Jika terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan air dari CES ke CIS,sebaliknya jika terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan dari CIS ke CES. Partikel yang berperan dalam osmolaritas adalah sodium atau natrium,urea,dan glukosa.
b.      Tonisitas
Tonisitas merupakan osmolaritas yang menyebabkan pergerakan air dari kompartemen ke kompartemen yang lain. Ada beberapa istilah yang tekait dengan tonisitas yaitu :
1)      Larutan isotonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas sama efektifnya dengan cairan tubuh.
2)       Larutan hipertonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas efektif lebih besar dari cairan tubuh.
3)      Larutan hipotonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas efektiflebih kecil dari cairan tubuh,mengandung lebih sedikit natrium dan klorida daripada di plasma.


2.8.   Pertukaran Cairan Tubuh
Pertukaran cairan tubuh terjadi karena danya pergerakan cairan antara kompartemen. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi cairan. Pertukaran cairan tubuh terjadi melalui proses difusi,osmosis,dan filtrasi dan transport aktif.
a.       Difusi
Gerakan partikel dari larutan maupun gas secara acak dari area dengan konsentrasi tinggi ke area dengan  konsentrasi rendah. Proses difusi terjadi ketika partikel melewati lapisan yang tipis. Kecepatan difusi ditentukan oleh ukuran molekul,konsentrasi larutan dan suhu larutan. Semakin besar molekul kecepatannya  berkurang. Meningkatnya temperature akan meningkatkan pergerakan molekul dan mempercepat difusi.
b.      Osmosis
Gerakan air yang melewati membran semipermeabel dari area yang berkonsentrasi rendah ke area dengan berkonsentrasi  tinggi. Pergerakan cairan dalam proses osmosis tidak terlepas adanya tekanan osmotik dan tekanan onkotik. Proses osmotic tidak terlepas dari adanya osmolaritas cairan dan tonisitas.
c.       Filtrasi
Gerakan cairan dari area yang mepunyai tekanan hidrostatik tinggi ke area yang bertekanan hidrostatik rendah
d.      Transport Aktif
Perpindahan partikel terlarut melalui membran sel dari konsentrasi rendah ke daerah dengan konsentrasi tinggi dengan menggunakan energi. Proses ini sangat penting dalam keseimbangan cairan intrasel dan ekstrasel terutama dalam perbedaan kadar sodium dan potassium.  Untuk mempertahankan porposi ion tersebut diperlukan mekanisme pompa sodium-potasium,dimana potassium akan masuk dalam sel dan sodium keluar sel.
 
Definisi Elektrolit dan kebutuhan elektrolit
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya NaCl akan dipecah menjadi Na+ dan Cl-. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat mengahantarkan arus litrik. Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq). Satu milliequivalent adalah aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.
         Ion-ion positif disebut kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium
         ion-ion negatif disebut anion. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.


a.      Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit akan mempengaruhi  keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel. Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat berpengaruh terhadap konsentrasi cairan intasel dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.
1)      Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)
Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan dalam keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika konsentrasi natrium serum menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga konsentrasi natrium akan meningkat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148 mEq/Lt
2)      Keseimbangan kalium/potassium (K+)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada pada cairan intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.
3)      Keseimbangan Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan fosfor membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus dan reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
4)      Keseimbangan Magnesium (Mg2+)
Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus halus, peningkatan absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.


5)      Keseimbangan Fosfor (PO4-)
Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang, otot rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama fungsi otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan tulang dan gigi, regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus halus dan banyak ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan reabsorpsi melalui ginjal. Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan berhubungan dengan kadar kalsium. Jika kadar kalsium meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian sebaliknya. Jumlah normal sekitar 2,5-4,5 mEq/Lt.
6)      Keseimbangan Klorida (Cl-)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa, berperan dalam buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah. Disekresi dan direabsorpsi bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron. Kadar klorida yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
7)      Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi utama yaitu regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH. Nilai normal sekitar 25-29mEq/Lt.

b.      Pengaturan dan Fungsi Elektrolit
Elektrolit
Pengaturan
Fungsi
Sodium (  )
         Reabsorpsi dan sekresi ginjal
         Aldosteron,meningkatkan reabsorpsi natrium di duktus kolekting nefron
         Pengaturan dan distribusi volume cairan ekstrasel
         Mempertahankan volume darah
         Menghantarkan impuls saraf dan kontraksi otot
Potassium (  )
         Sekresi dan konservasi oleh ginjal
         Aldosteron meningkatkan pengeluaran   
         Pemindahan dalam dan luar sel
         Insulin membantu memindahkan   ke dalam sel dan luar sel,jaringan yang rusak
         Mempertahankan osmolaritas dan cairan intrasel
         Transmisi saraf dan impuls elektrik
         Pengaturan transmisi impuls jantung dan kontraksi otot
         Pengaturan asam basa
         Kontraksi tulang dan otot polos
Kalsium ( )
         Distribusi antara tulang dan cairan ekstrasel
         Hormon paratiroid meningkatkan serum ,kalsitonin menurunkan kadar serum
         Pembentukan tulang dan gigi
         Transmisi impuls saraf
         Pengaturan kontraksi otot
         Mempertahankan pace maker jantung
         Pembekuan darah
         Aktivitas enzim pancreas,seperti lipase
Magnesium ( )
         Dipertahankan dan dikeluarkan oleh ginjal
         Meningkan adsorpsi oleh vitamin D dan hormon paratiroid
         Metabolisme intrasel
         Pmpa sodium-potasium
         Relaksasi kontraksi otot
         Transmisi impuls saraf
         Pengaturan fungsi jantung
Klorida ( )
         Pengeluran dan reabsorpsi bersama sodium dalam ginjal
         Aldosteron meningkatkan adsorpsi klorida dengan sodium
         Produksi HCl
         Pengaturan keseimbangan cairan ekstrasel dan volume vaskuler
         Keseimbangan asam-basa
Pospat (  )
         Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
         Paratiroid hormon menurunkan kadar serum dengan meningkatkan sekresi ginjal
         Pembentukan tulang dan gigi
         Metabolism karbohidrat,lemak,dan protein
         Metabolisme seluler produksi ATP dan DNA
         Fungsi otot,saraf,dan sel darah merah
         Pengaturan asam-basa
         Pengaturan kadar kalsium
Bikarbonat (  )
         Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
         Pembentukan oleh ginjal
         Buffer utama dalam keseimbangan asam-basa



2.11.        Jenis Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap. Cairan saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik, dan  hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contohnya:
a.       Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl-, dan Ca2+
b.      Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-, Ca2+, dan HCO3-
c.       Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-,  dan HCO3-

2.12.        Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektolit
a.       Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/Lt, mual, muntah dan diare.
b.      Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang ditandai dengan addanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian dapat disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya sedikit.
c.       Hipokalemia
Hipoklemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare yang berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mEq/L.
d.      Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L.
e.       Hipokalsemia
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/L dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
f.       Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
g.      Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
h.      Hipermagnesia
Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.


Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
a.       Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b.      Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.       Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d.      Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah
e.       Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Misalnya :
         Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
         Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
         Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.       Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.      Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h.      Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

Keseimbangan Asam Basa
Disamping air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa, seperti asam karbonat (  ). Keadaan asam dan basa ditentukan oleh adanya pH cairan tubuh. pH adalah sImbol dari adanya ion hydrogen dalam larutan pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka disebut asam dan diatas 7 disebut basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah 7,35-7,45. Untuk memperthankan pH plasma normal dalam tubuh terdapat buffer asam-basa yaitu larutan yang terdiri dari dua atau lebih zat kimia untuk mencegah terjadinya perubahan ion hydrogen.
Keseimbangan asam-basa ditentukan oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal.
a.       Sistem Buffer
Buffer membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan menetralisir kelebihan asam melalui pemindahan atau pelepasan ion hydrogen. Jika terjadi kelebihan ion hydrogen pada cairan tubuh maka buffer akan meningkat ion hydrogen sehingga perubahan pH dapat diminimalisir. Sistem buffer utama pada cairan ekstraseluler adalah bikarbonat ) dan asam karbonat (  ). Selain itu untuk mempertahankan keseimbangan pH juga berperan plasma protein,hemoglobin,dan posfat.
b.      Pengaturan pernapasan
Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara mengeluarkan karbondioksida. Karbondioksida secara kuat menstimulasi pusat pernapasan. Ketika karbondioksida dan asam bikarbonat dalam darah meningkat pusat pernapasan distimulasi sehingga menjadi meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan asam karbonat menjadi turun.  Apabila bikarbonat berlabihan maka jumlah pernapasan akan diturunkan.
Pengaturan pernapasan dan ginjal saling bekerja sama dalam mempertahankan keseimbangan asam basa. Di paru-paru karbondioksida bereaksi dengan air membentuk asam karbonat, yang kemudian asam karbonat akan dipecah di ginjal menjadi hidrogen dan bikarbonat.
Paru-Paru                                                                                                     Ginjal
CO2 + H2O                  ↔                        H2CO3                                 ↔           H + HCO3
                                                            (asam karbonat)



c.       Pengaturan oleh Ginjal
Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh ginjal relative lebih lama dibandingkan dengan pernapasan dan sistem buffer yaitu beberapa jam atau beberapa hari stelah adanya ketidak-seimbangan asam-basa. Ginjal mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan pengeluaran selektif bikarbonat dan ion hydrogen. Ketika kelebihan hydrogen terjadi dan pH menjadi turun (asidosis) maka ginjal mereabsorpsi bikarbonat dan mengeluarkan ion hydrogen. Pada  keadaaan alkalosis atau pH tinggi,maka ginjal akan mengeluarkan bikarbonat dan menahan ion hydrogen. Normalnya kadar serum bikarbonat 22-26 mEq/L.
2.15.        Gangguan/Masalah Keseimbangan Asam Basa
Jika kadar pH kurang dari 7,35 disebut asidodis sedangkan jika lebih dari 7,45 disebut alkalosis. Ketidakseimbangan asam-basa diklasifukasikan sebagai berikut :
a.       Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik merupakan keadaan dimana asam metabolic yang diproduksi secara normal tidak dapat dikeluarkan pada kecepatan normal atau adanya kekurangan basa bikarbonat, sehingga pH menjadi menurun. Penyebabnya adalah ketoasidosis diabetik,diare berat,penyakit ginjal dan hati. Hasil analisa gas darah : pH menurun,  menurun,  normal.
b.      Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan asam karbonat dan meningkatnya kadar  akibat tidak optimalnya ventilasi paru,sehingga karbondioksida sedikit dikeluarkan. Kompesasi dari keadaan ini dengan pernapasan cepat. Penyebabnya adalah pneumonia, peumothorak, hemotorak, edema paru, asma bronchial, atelaktasis, emfisema, overdosis obat-obatan, cedera kepala, dan stroke. Hasil analisa gas darah : pH menurun,  meningkat,  normal.
c.       Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik merupakan dimana terjadi peningkatan pH plasma akibat peningkatan basa bikarbonat atau menurunnya konsentrasi hydrogen. Penyebabnya adalah penggunaan obat bikarbonat,terapi diuretic,muntah yang berkepanjangan ( keluarnya HCl ),penggunaan antacid. Hasil analisa gas darah : pH meningkat,  meningkat,  normal.
d.      Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik terjadi ketika banyak   yang dikeluarkan terlalu cepat,sehingga terjadi penurunan  kadar   darah dan penurunan asam karbonat,pH menjadi meningkat. Penyebabnya adalah : demam tinggi,anemia berat,kecemasan akut,keracunan aspirin. Hasil analisa gas darah : pH meningkat,  menurun,  normal.
Hasil Analisa Gas Darah Ketidakseimbangan Asam-Basa
Kondisi
Ph


Asam basa seimbang
7,35-7,45
22-26 mEq/L
35-45 mmHg
Asidosis metabolik
< 7,35
< 22 mEq/L
Normal atau < 35
Asidosis respiratorik
< 7,35
Normal atau >26
>45 mmHg
Alkalosis metabolik
>7,45
>26 mEq/L
Normal atau >45
Alkalosis respiratorik
>7,45
Normal atau < 22
< 35 mmHg

Pada wanita hamil, ketika usia kehamila 10 minggu terjadi penurunan  sekitar 5 mmHg (Lowdermilk,2000). Hormon progesteron mungkin bertanggun jawab terhadap peningkatan sensetifitas dari reseptor pusat pernapasan sehingga tidal volume meningkat dan   menjadi menurun,base exes (bikarbonat) menjadi menurun,pH meningkat menimbulkan respiratori alkalosis.

 Fisiologi Elektrolit (cairan intraseluler,ekstraseluluer,intertisil)
a.       Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-
b.      Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari total cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan dalam transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas pada persendian dan membran mukosa, penghancuran makanan dalam proses pencernaan.
Cairan ekstrasel terdiri dari:
1)      Cairan interstisial
Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan limfe, jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
2)      Cairan intavaskuler
Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah misalnya plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum ada alat yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah seperti sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
3)      Cairan transelular
Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti cairan serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi lambung, jumlahnya sekitar 1%-3%.
Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+, sedikit K+, Ca2+, Mg2+ serta elektrolit anion terbanyak Cl- , HCO3-, protein pada plasma, sedikit HPO42-SO42-.


Human Body:
  1. Tissue (40%) 
  2.  Fluid (60%)
  •   Ekstraselular (20%)
  •  Intraselular (40%)      -> Interstisial (10-15%), Intravaskluler (5%), dan Transeluler (1-3%)




Pertanyaan  3
Sebutkan fungsi dari Albumin !
Jawaban
Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk ke segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam, dan mengalami koagulasi saat terpapar panas. Substansi yang mengandung albumin, seperti putih telur, disebut albuminoid.
Pada manusia, albumin diproduksi oleh retikulum endoplasma di dalam hati dalam bentuk proalbumin, kemudian diiris oleh badan Golgi untuk disekresi memenuhi sekitar 60% jumlah serum darah dengan konsentrasi antara 30 hingga 50 g/L[1] dengan waktu paruh sekitar 20 hari. Albumin memiliki berat molekul sekitar 65 kD dan terdiri dari 584 asam amino tanpa karbohidrat. Gen untuk albumin terletak pada kromosom 4, dengan panjang sekitar 16.961 nukleotida dengan 15 ekson yang terbagi ke dalam 3 domain simetris, sehingga diperkirakan merupakan triplikasi dari domain primordial yang tunggal. Tiap domain terbagi lagi menjadi masing-masing 2 sub-domain.
Mutasi pada gen ini dapat mengakibatkan berbagai macam protein dengan fungsi yang tidak beraturan (bahasa Inggris: anomalous protein) oleh karena perubahan sifat pada domain pencerapnya, oleh karena itu, spesi reaktif oksigen, spesi reaktif nitrogen dan produk dari hasil reaksi dengan biomolekul lain seperti produk peroksidasi lipid, terjadi secara fisiologi dan patofisiologi dengan adanya albumin.


Fungsi albumin
Memelihara tekanan onkotik. Tekanan onkotik yang ditimbulkan oleh albumin akan memelihara fungsi ginjal dan mengurangi edema pada saluran pencernaan,[2] dan dimanfaatkan dengan metode hemodilusi untuk menangani penderita serangan stroke akut.
Mengusung hormon tiroid
Mengusung hormon lain, khususnya yang dapat larut dalam lemak
Mengusung asam lemak menuju hati
Mengusung obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat tersebut
Mengusung bilirubin
Mengikat ion Ca2+
Sebagai protein radang fase-akut negatif. Konsentrasi albumin akan menurun sebagai pertanda fase akut respon kekebalan tubuh setelah terjadi infeksi, namun bukan berarti bahwa tubuh sedang dalam keadaan kekurangan nutrisi

Pertanyaan 4
Jelaskan perbedaan antara leukosit granular dan non granular !
Jawaban :
Dalam mata pelajaran biologi atau mata kuliah biologi istilah leukosit sering dikemukakan oleh guru atau pun dosen. Namun mungkin kita sudah lupa tentang leukosit itu. i Apa yang dimaksud dengan leukosit atau apa pengertian leukosit itu? Menurut pendapat Effendy (2003) pengertian leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.Rata-rata jumlahleukosit dalam darah manusianormal adalah 5000-9000/mm3, bila jumlahnya lebih dari 10.000/mm3,keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000/mm3 disebut leukopenia.. Lebih lanjut Effendy (2003) mengatakan bahwa leukositterdiri dari dua golongan utama,yaitu agranular dangranular. Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak homogen, dan intinya berbentuk bulat atau berbentuk ginjal. Leukosit granular mengandung granula spesifik (yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair) dalam sitoplasmanya dan mempunyai inti yang memperlihatkanbanyak variasi dalam bentuknya. Terdapat 2 jenis leukosit agranular yaitu; limfosit yang terdiri darisel-selkecil dengan sitoplasma sedikit, dan monosit yang terdiri dari sel-sel yang agakbesar dan mengandungsitoplasma lebih banyak. Terdapat 3 jenis leukosit granular yaitu neutrofil, basofil, dan asidofil (eosinofil).
Kemudian Effendy (2003) juga menjelaskan bahwa leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung.
Jumlah leukosit per mikroliter darah,pada orang dewasa normal adalah 5000-9000/mm3, waktu lahir 15000-25000/mm3, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. (Effendi, Z., 2003)



A.Hematopoiesis
 Normalnya proses hematopoiesis bergantung pada interaksi komplek dari beberapa tipe sel, terutama sel induk hematopoiesis
(stem cell)
dan progenitor sel,serta sel mikroenvironment pada sumsum tulang yaitu sel stroma. Hematopoiesis bermula dari suatu sel induk pluripoten bersama yang menyebabkan timbulnya berbagai jalur sel yang terpisah. Fenotip sel induk manusia yang tepat belumdiketahui, tapi pada uji imunologik sel tersebut adalah CD34+ dan CD38-.

Diferensiasi sel terjadi dari sel induk menjadi jalur eritroid, granulositik,dan jalur lain melalui progenitor hemopoietik terikat yang terbatas perkembangannya. Salah satu contohnya adalah prekusor mieloid campuran yangterdeteksi paling dini, dimana menyebabkan timbulnya granuloist, erutrosit,monosit, dan megakariosit. Progenitor ini dinamakan
CFU (colony-forming unit)
.Sumsum tulang juga merupakan tempat asal utama limfosit dan terdapat buktiadanya sel prekusor sistem mieloid dan limfoid.

Selama proses hematopoiesis, stroma sumsum tulang membentuk lingkungan yang sesuai untuk proliferisasi dan diferensiasi sel induk. Sumsumtulang tersusun atas sel stroma dan jaringan mikrovaskular. Sel stroma meliputisel lemak (adiposit), fibroblas, sel retikulum, sel endotel, dan makrofag.. Sel-seltersebut mensekresi molekul ekstraselular seperti kolagen, glikoprotein(fibronektin dan trombospondin), serta glikosaminoglikan ( asam hialuronat dandan derivat kondroitin) untuki membentuk suatu matriks ekstraselular. Selain itu,sel stroma mensekresi beberapa faktor pertumbuhan yang diperlukan bagikelangsungan hidup sel induk

B. SINTESIS LEUKOSIT DAN JENIS-JENIS LEUKOSIT
Sintesis leukosit di sumsum tulang merupakan salah satu bagian dari proses hematopoiesis pada manusia. Sintesis leukosit dibagi menjadi duakelompok besar yaitu fagosit dan imunosit. Fagosit meliputi sintesis sel-selgranulosit (leukosit dengan sitoplasma bergranula), yaitu basofil, eosinofil, dannetrofil serta sel agranulosit (leukosit dengan sitoplasma tidak bergranula) yaitumonosit. Sementara itu, imunosit akan mensintesis limfosit yang merupakan jenisleukosit agranular.

1.GranulopoiesisGranulosit dan monosit dalam darah dibentuk dalam sumsum tulang darisuatu prekusor yang sama, yaitu Colony Forming Unit (CFU)- Granulosit Eritroid,Monosit, dan Megakariosit (GEMM). Sel prekusor ini merupakan mieloidcampuran yang berasal dari sel induk pluripoten.1 Sel-se granulosit setelah keluar dari sumsum tulang dan masuk ke peredaran darah biasanya berada dalam peredaran darah selama 8 jam dan 4-5 hari pada jaringan yang membutuhkan,misalnya jaringan yang megalami peradangan

 
B. SINTESIS LEUKOSIT DAN JENIS-JENIS LEUKOSIT
Sintesis leukosit di sumsum tulang merupakan salah satu bagian dari proses hematopoiesis pada manusia. Sintesis leukosit dibagi menjadi duakelompok besar yaitu fagosit dan imunosit. Fagosit meliputi sintesis sel-selgranulosit (leukosit dengan sitoplasma bergranula), yaitu basofil, eosinofil, dannetrofil serta sel agranulosit (leukosit dengan sitoplasma tidak bergranula) yaitumonosit. Sementara itu, imunosit akan mensintesis limfosit yang merupakan jenisleukosit agranular.

1.GranulopoiesisGranulosit dan monosit dalam darah dibentuk dalam sumsum tulang darisuatu prekusor yang sama, yaitu Colony Forming Unit (CFU)- Granulosit Eritroid,Monosit, dan Megakariosit (GEMM). Sel prekusor ini merupakan mieloidcampuran yang berasal dari sel induk pluripoten.1 Sel-se granulosit setelah keluar dari sumsum tulang dan masuk ke peredaran darah biasanya berada dalam peredaran darah selama 8 jam dan 4-5 hari pada jaringan yang membutuhkan,misalnya jaringan yang megalami peradangan.
http://htmlimg3.scribdassets.com/3u22oe3rb4192bqf/images/4-0c7e20efbf.jpg
 
Granulopoiesis meliputi enam tahapan, mulai dari mieloblas di sumsumtulang sampai tahapan segmen yang berada di darah tepi. Tahapan sintesis selgranulopoiesis dimulai dari mieloblas, promielosit, mielosit, metamielosit,staf/batang, dan segmen. Tahapan ini berlaku bagi semua seri, baik basofil,eosinofil, dan netrofil.

a.Mieloblas
Merupakan tahapan paling awal dari granulopoiesis. Mieloblas merupakansel muda dengan ukuran yang besar dan hanya terdapat di dalam sumsum tulangsaja pada kondisi normal. Ciri-ciri mieloblas adalah sebagai berikut ;
Ukuran sel:
15 - 25µm,
bentuk sel:
oval, kadang-kadang bulat.
Warna sitoplasma:
biru,tanpa halo perinuklear jelas atau dengan halo dengan halo perinuklear melebar.
Granularitas:
sitoplasma nongranular atau sedikit granula azurofilik atau tanpagranula azzurofilik.
Bentuk inti:
biasanya oval, kadang-kadang tidak teratur, jarang bulat.
Tipe kromatin:
halus, dengan tampilan reticular 
, nukleolus:
tampak, ukuran sedang atau besar 1 sampai 4; lebih terang dari kromatin.
Rasiointi/sitoplasma:
tinggi atau sangat tinggi .
Keberadaan di darah tepi
tidak ada,
keberadaan di sumsum tulang:
< 5% .

 b.Promielosit
Promielosit masih merupakan sel muda dan hanya berada di sumsumtulang saja. Sel ini sudah dapat dibedakan serinya dengan melihat warnasitoplasma dan ukuran granula. Promielosit memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;
ukuran sel
15 - 30
µ
m,
bentuk sel
oval atau bulat,
warna sitoplasma
birumuda, dengan halo jelas,
granularitas
pekat, azurofilik banyak.
Bentuk inti
oval,
tipe kromatin
awal kondensasi,
nucleolus
tampak ukuran sedang atau besar ,lebih terang, kromatin, 1-2, kadang-kadang tak terlihat.
Ratio inti/sitoplasma
tinggi..
Keberadaan di peredaran darah
tidak ada, sementara di
sumsumtulang:
< 5 % (netrofil), < 1% (eosinofil), < 1% (basofil).

c.Mielosit
Sama seperti mieloblas dan promielosit, mielosit masih merupakanstadium muda dari leukosit agranular dan normalnya hanya ditemukan di sumsumtulang saja. Ciri-ciri mielosit adalah sebagai berikut ;
Ukuran sel
15 - 25
µ
m,
bentuk sel
oval, kadang-kadang bulat,
warna sitoplasma
 biru, tanpa halo perinuklear jelas atau dengan halo perinuklear melebar. Sitoplasma nongranular atau sedikit granula azurofilik,
bentuk inti
 biasanya oval, kadang-kadang tidak teratur, jarang bulat.
Tipe kromatin
halus, dengan tampilan reticular, nucleolustampak, ukuran sedang atau besar 1 sampai 4; lebih terang dari kromatin.
Rasiointi/sitoplasma
sedang.
Keberadaan di darah
tidak ada, sementara di sumsumtulang
sumsum tulang:
< 5% .

d.Metamielosit
Metamielosit juga masih merupakan stadium muda dari sel granulosit,sama seperti mielosit. Metamielsoit sudah dapat dibedakan jenisnya denganmelihat warna sitoplasma dan ukuran granula. Metamielosit normalnya hanya berada pada sumsum tulang saja. Ciri-ciri metamielosit adalah sebagai berikut ;
ukuran sel:
14 - 20µm,
bentuk sel:
oval atau bulat,
warna sitoplasma pink,granula
sedikit azurofilik dan neutrofilik, berbeda dalam jumlah.
Bentuk inti
lonjong, semicircular,
tipe kromatin
 padat , nucleolus tidak terlihat.
Rasiointi/sitoplasma
sedang.
Keberadaan darah
tidak ada, sementara di
sumsumtulang:
10 - 25 %



e.Staf/ Batang
Staf/ batang juga masih merupakan stadium muda sel granulosit, banyak ditemukan di sumsum tulang, tapi juga sudah ditemukan dalam jumlah sedikit didalam peredaran darah (<5%). Staf memiliki ukuran sel yang lebih kecil daristadium muda sebelumya dan dapat dibedakan dengan lebih jelas jenisnya denganmelihat warna sitoplasma dan ukuran granula. Ciri-ciri staf adalah sebagai berikut ;
ukuran sel:
14 - 20
µ
m,
bentuk sel
oval atau bulat,
warna sitoplasma
sesuai dengan jenis granulosit (basofil : biru, eosinofil : merah, netrofil : jernihatau pink),
granularitas
sedikit azurofilik.
Bentuk inti:
lonjong, semicircular,
tipe kromatin
 padat, nucleolus tidak terlihat.
Rasio inti/sitoplasma
rendah atausangat rendah.
Keberadaan di peredaran darah
< 5% , sementara di
sumsumtulang:
5 - 20 % (netrofil) , < 2 % (eosinofil).


LEUKOSIT AGRANULAR ( NON GRANULAR )
Leukosit ini dibagi menjadi 2:
Limfosit dan monosit
Limfosit (en:lymphocyte) adalah sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan makhluk vertebrata[1]. Ada dua kategori besar limfosit, limfosit berbutiran besar (large granular lymphocytes) dan limfosit kecil. Limfosit memiliki peranan penting dan terpadu dalam sistem pertahanan tubuh.
Limfosit dibuat di sumsum tulang hati (pada fetus) dengan bentuk awal yang sama tetapi kemudian berdiferensiasi. Limfosit dapat menghasilkan antibodi pada anak-anak dan akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Limfosit
  • Ukuran: 10 – 15 mmhttp://drdjebrut.files.wordpress.com/2009/12/limfosit.jpg?w=190&h=151
  • Bentuk: bulat, kadang-kadang oval
  • Warna sitoplasma: biru
  • Granularitas: tidak ada
  • Bentuk inti: bulat atau agak oval
  • Tipe kromatin: homogen, padat
  • Rasio inti/sitoplasma:  tinggi atau sangat tinggi
  • Nukleolus: tidak terlihat, kadang-kadang hampir tidak terlihat , satu nukleolus kecil
  • Distribusi: darah: 25 – 40 % ; sumsum tulang: 5 – 20 %

Monosit (bahasa Inggris: monocyte, mononuclear) adalah kelompok darah putih yang menjadi bagian dari sistem kekebalan. Monosit dapat dikenali dari warna inti selnya.
Pada saat terjadi peradangan, monosit :
  • bermigrasi menuju lokasi infeksi
  • mengganti sel makrofaga dan DC yang rusak atau bermigrasi, dengan membelah diri atau berubah menjadi salah satu sel tersebut.
Monosit
  • Ukuran: 15 – 25 mm
  • Bentuk: bulat, oval atau tidak teratur
  • Warna sitoplasma: abu-abu biru
  • Granularitas: tidak ada atau sedikit granul azurofilik halus
  • Bentuk inti: biasanya tidak teratur
  • Tipe kromatin: kromatin kasar, berkelompok
  • Rasio inti/sitoplasma: sedang atau rendah
  • Nukleolus: tak terlihat
  • Distribusi: Darah: 4 – 8 % ; sumsum tulang: < 2 %
http://drdjebrut.files.wordpress.com/2009/12/basofil.jpg?w=199&h=159
  •  
Monosit diproduksi di dalam sumsum tulang dari sel punca haematopoetik yang disebut monoblas. Setengah jumlah produksi tersimpan di dalam limpa pada bagian pulpa.[1] Monosit tersirkulasi dalam peredaran darah dengan rasio plasma 3-5% selama satu hingga tiga hari, kemudian bermigrasi ke seluruh jaringan tubuh. Sesampai di jaringan, monosit akan menjadi matang dan terdiferensiasi menjadi beberapa jenis makrofaga, sel dendritik dan osteoklas.[2]
Umumnya terdapat dua pengelompokan makrofaga berdasarkan aktivasi monosit, yaitu makrofaga hasil aktivasi hormon M-CSF dan hormon GM-CSF. Makrofaga M-CSF mempunyai sitoplasma yang lebih besar, kapasitas fagositosis yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap infeksi virus stomatitis vesikular. Kebalikannya, makrofaga GM-CSF lebih bersifat sitotoksik terhadap sel yang tahan terhadap sitokina jenis TNF, mempunyai ekspresi MHC kelas II lebih banyak, dan sekresi PGE yang lebih banyak dan teratur. Setelah itu, turunan jenis makrofaga akan ditentukan lebih lanjut oleh stimulan lain seperti jenis hormon dari kelas interferon dan kelas TNF.[3]
Stimulasi hormon sitokina jenis GM-CSF dan IL-4 akan mengaktivasi monosit dan makrofaga untuk menjadi sel dendritik