BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi seringkali
disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit
yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap gangguan biasa,
sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit (Sustrani,
2006).
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi
yang berbahaya. Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke
(perdarahan otak), penyakit jantung
koroner, dan gagal ginjal (Gunawan, 2001).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian
besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), meningkatnya tekanan
sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark
myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated
systolic hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi
yang paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi
menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya
hipertensi, baik HST maupun kombinasi
sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan
mortalitas untuk orang lanjut usia.
Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner,
dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih
muda (Kuswardhani, 2007)
Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari
berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding,
yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi mengubah darah yang keluar dari
jantung menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak
terputus dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan lembah yang dalam (diastolik)
(Wolff , 2008).
Prevalensi HST adalah sekitar berturut-turut 7%,
11%, 18% dan 25% pada kelompok umur 60-69, 70-79, 80-89, dan diatas 90 tahun.
HST lebih sering ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. Pada penelitian
di Rotterdam, Belanda ditemukan: dari 7983 penduduk berusia diatas 55 tahun,
prevalensi hipertensi (160/95mmHg) meningkat sesuai dengan umur, lebih tinggi
pada perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%). Di Asia, penelitian di kota
Tainan, Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia
diatas tahun dengan kriteria hipertensi
berdasarkan The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC VI),ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4%
(laki-laki 59,1% dan perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipertensi
adalah 31,1% (laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi yang baru
terdiagnosis adalah 29,3% (laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kclompok
ini, adanya riwayat keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks masa tubuh
merupakan faktor risiko hipertensi (Kuswardhani, 2007).
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai
hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup,
sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut
sering diikiuti dengan meningkatnya
penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini.
Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai pada
kelompok lansia (Abdullah.2005).
Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh
dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi
dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333
juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang,
temasuk Indonesia (Andra,2007).
Umur Harapan Hidup
(UHH, proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun ke atas pada tahun 1980 sebesar
7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000 meningkat menjadi 9,37% dan
diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan meningkat menjadi 12%, serta UHH
meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke
arah struktur penduduk yang semakin menua (ageing population). Peningkatan UHH
akan menambah jumlah lanjut usia (lansia) yang akan berdampak pada pergeseran
pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degenerasi.
Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak
menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM) dapat
digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama (common
underlying risk faktor) seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus,
penyakit paru obstruktif kronik, dan kanker tertentu. Faktor risiko tersebut
antara lain mengkonsumsi tembakau, konsumsi tinggi lemak kurang serat, kurang
olah raga, alkohol, hipertensi, obesitas, gula darah tinggi, lemak darah tinggi
Berdasarkan hasil
survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, di kalangan penduduk umur 25
tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita
hipertensi, 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke, 1,2% diabetes,
1,3% laki-laki dan 4,6% wanita mengalami kelebihan berat badan (obesitas), dan
yang melakukan olah raga 3 kali atau lebih per minggu hanya 14,3%. Laki-laki umur 25-65 tahun yang mengkonsumsi
rokok sangat tinggi yaitu sebesar 54,5%, dan wanita sebesar 1,2%.
Berdasarkan hasil
survei kesehatan pada tahun 2011, di Pedukuhan Krajan, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta terdapat 54 lanjut usia dan 23 (46%) diantaranya menderita hipertensi.
B.
TUJUAN
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya lansia khususnya mengenai Hipertensi, masalah fidik dan terapi
fisik yang dibutuhkan untuk lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
HIPERTENSI
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani, 2006).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit
kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah. WHO (World Health Organization)
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah
sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di
atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
b. Etiologi
Menurut
Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat
dikelompokkan menjadi dua. Yang pertama hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya. Yang kedua hipertensi sekunder, disebabkan kelainan ginjal dan
kelainan kelenjar tiroid. Yang banyak terjadi adalah hipertensi primer, sekitar
92-94% dari kasus hipertensi. Dengan kata lain, sebagian besar hipertensi tidak
dapat dipastikan penyebabnya (Marliani, 2007).
c. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit
yang berdiri sendiri, tetapi lebih sering dijumpai terkait dengan penyakit
lain, misalnya obesitas, dan diabetes melitus. Berdasarkan penyebabnya,
hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi esensial atau
hipertensi primer
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001). Sebanyak 90-95
persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa
penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai tuduhan utama, setelah itu
banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan hubungan
antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga
menderita penyakit ini. Faktor- faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar
penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan,dan faktor yang meningkatkan
resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, dan merokok.
b. Hipertensi renal atau
hipertensi sekunder
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain (Gunawan, 2001). Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab spesifiknya
sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal,
penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Garam dapur akan
memperburuk hipertensi, tapi bukan faktor penyebab.
d. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi
dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008).
e. Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam
Rohaendi (2008):
1)
Tekanan darah normal, yakni
tekanan sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2)
Tekanan darah borderline
(perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya
90-94 mmHg
3)
Tekanan darah tinggi atau
hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan tekanan
diastoliknya lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
b.
Menurut Salma Elsanti (2009),
klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:
Tekanan sistolik:
1) < 119 mmHg : Normal
2) 120-139 mmHg : Pra hipertensi
3) 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
4) > 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolik
1) < 79 mmHg : Normal
2) 80-89 mmHg : pra hipertensi
3) 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
4)
>100mmHg : hipertensi derajat 2
Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99
mmHg)
Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg
100-109 mmHg)
Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg
110-119 mmHg)
f. Gejala hipertensi
Hipertensi sulit disadari oleh
seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah
diamati antara lain yaitu :
a. Gejala ringan seperti
pusing atau sakit kepala
b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
i. Rasa berat
ditengkuk
j. Mudah lelah
k. Mata berkunang-kunang
l. Mimisan (
keluar darah dari hidung).
g. Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Hipertensi
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang
mempengaruhi hipertensi yang dapat atau
tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat
Dikontrol:
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama
dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Wanita yang belum mengalami
menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi
pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari
setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini
dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila
terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah
umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon
setelah menopause (Marliani, 2007).
2)
Umur
Semakin tinggi umur
seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung
mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani
secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai
menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi
pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada
wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah
produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama
aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya
arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan
daya penyesuaian diri.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan
kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau
kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan.
Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai
risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium
intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam
keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
(Marliani, 2007).
Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi
cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda
ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang
sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai
tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat
menjadi 60%.
b. Faktor Resiko Yang Dapat
Dikontrol:
1) Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori
sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu
sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.
Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapatdilakukan
dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat Badan (kg)
IMT = ------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.
Obesitas beresiko terhadap munculnya berbagai
penyakit jantung dan pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body
Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang Indonesia
adalah 25. BMI memberikan gambaran tentang resiko kesehatan yang berhubungan
dengan berat badan. Marliani juga mengemukakan bahwa penderita hipertensi sebagian besar
mempunyai berat badan berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang
berat badanya normal (tidak obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah jantung
dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi
dibandingkan dengan berat badannya normal. (Marliani,2007).
2) Kurang olahraga
Olahraga banyak
dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik
dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah
(untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila
jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi
tertentu.
Kurangnya aktivitas
fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk
menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung
lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula
kekuaan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat
bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan
darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak
menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok
laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang
beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density
Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).
3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.
Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna
dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s
Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak
ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula,
5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih
dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada
kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani,
2007).
4) Mengkonsumsi garam
berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih
dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke
luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak
penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ
lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk
salah satu faktor resiko hipertensi
(Marliani, 2007).
6)
Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu
cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut
berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga
melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah
secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti
akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan
dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan
dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal
h. Komplikasi Hipertensi
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi
membiarkan jantung bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding
pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko
penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan kalindibanding
dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.
Selain itu hipertensi juga menyebabkan
terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga
menunjukkan bahwa hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah
efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.
a. Penyakit jantung koroner dan arteri
Ketika usia bertambah lanjut,
seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras, terutama di jantung,
otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang
mengeras ini.
b. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart
failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang
dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system
listrik jantung.
c.
Stroke
Hipertensi adalah
faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di
otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga
dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang
sudah menyempit.
d. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan
dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai
penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring
lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat
terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau
kebutaan.
i. pencegahan hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop High Blood
Pressure), antara lain menurut bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara sebagai
berikut:
a. Mengurangi konsumsi garam.
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan,
maksimal 2 g garam dapur untuk diet setiap hari.
b. Menghindari kegemukan (obesitas).
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga
berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika
berat badan lebih 10% dari berat badan normal.
c. Membatasi konsumsi lemak.
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar
kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama
kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan
menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan
secara tidak langsung memperparah hipertensi.
d. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur
dapat meyerap atau menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga
yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan
isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak
dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau
angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.
e. Makan banyak buah dan sayuran segar.
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin
dan mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu
menurunkan tekanan darah.
f. Tidak merokok dan minum alkohol.
g. Latihan relaksasi atau meditasi.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi
stress atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan
mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan
menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau
bernyanyi.
h. Berusaha membina hidup yang positif.
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan
persaingan, tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban
stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar
sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka
marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek
negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif. Beberapa
cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut:
1) Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
2) Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu
istirahat atau waktu untuk kegiatan santai.
3) Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikan bagiannya.
4) Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai.
5) Cobalah menolong orang lain.
6) Menghilangkan perasaan iri dan dengki.
J. Makanan yang di perbolehkan
1. Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat
baik. Tidak hanya melindungi dari penyakit jantung, tetapi juga dapat
mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan folat dalam bayam dapat
melindungi tubuh dari homosistein yang membuat bahan kimia berbahaya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino (homosistein)
dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.
2. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond,
kacang merah mengandung magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif
menurunkan tekanan darah tinggi.
3. Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat
tetapi juga membuat tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan
serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga
menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu mencegah tekanan
darah tinggi.
4. Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang
kedelai bagi kesehatan Anda. Salah satunya dalah menurunkan kolesterol jahat
dan tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi
kesehatan.
5. Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara
memasaknya yang tidak sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada
kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan tekanan darah.
6. Coklat pekat
Pecinta cokelat pasti akan senang, karena
kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu menurunkan tekanan darah
dengan merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat oksida membuat sinyal
otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan aliran
darah meningkat.
k. Makanan yang tidak di perbolehkan
1. Roti, kue yang dimasak dengan garam dapur atau soda.
2. Ginjal, hati, lidah, sardin, keju, otak, semua makanan yang diawetkan
dengan menggunakan garam dapur; seperti daging asap, ham, ikan kaleng, kornet,
dan ebi.
3. Sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur; seperti sawi asin,
asinan, acar.
4. Garam dapur, soda kue, baking powder , MSG (penyedap rasa).
5. Margarin dan mentega biasa.
6. Bumbu yang mengandung garam dapur yaitu terasi, kecap, saus tomat, petis,
tauco.
Keterangan:
Makanan nomor 1, 3, 4, 6 adalah pangan yang mengandung garam (terutama
mengandung ion natrium atau Na+). Ion natrium yang tinggi dalam
darah dapat meningkatkan kandungan air sehingga kerja jantung meningkat dan
dapat meningkatkan tekanan darah.
Sedangkan makanan nomor 2, 5, adalah pangan yang mengandung lemak/minyak
dan kolesterol tinggi. Konsumsi lemak dan minyak yang tinggi akan meningkatkan
kandungan kolesterol dalam darah (terutama pangan dengan kandungan asam lemak
jenuh tinggi). Kolesterol yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan timbulnya
penyumbatan pembuluh darah sehingga tekanan darah menjadi tinggi (hipertensi).
B. PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA
Sel :
jumlah berkurang ,
ukuran membesar , cairan tubuh menurun, dam cairan intraseluler menurun.
Sistem Panca Indra:
Pendengaran :presbiakusis,
gangguan refleks kontrol postural, degenerasi korti, hilangnya neuron di
kokhlea elastisitas membran vibrasi basiler menurun, akumulasi serumen
meningkat, atrofi striae vaskularis, degenerasi sel rambut di kanal semi
sirkularis, penurunan pendengaran.
penglihatan : presbiopia lensa kehilangan elastisitas dan
kaku , otot penyangga lensa lemah , ketajaman penglihatan dan daya akomodasi
dari jarak jauh atau dekat berkurang lapang pandang menyempit.
Raba/taktil : atrofi, kendur, tidak elastis , kering dan
kerut, liver spot (pigmen cokelat, tipis, bebercak, perabaan menurun.
pengecap : hilannya
tanggap terhadap refleks batuk dan menelan, lipatan suara menghilang , suara
gemetar , nada nada meninggi , kekuatan dan jangkauan menurun , atrofi dan
hilangnya elastisitas otot dan tulang rawan larings.
Penciuman : gangguan rasa membau.
Sistem
Gastrointestinal:
penurunan intake ,
kehilangan gigi (periodental disease), indra pengecap menurun ( adanya iritasi
kronis selaput lendir, atrofi indra pengecap, hilangnya sensitivitas dari saraf
pengecap terutama rasa asin, asam , pahit). sensitivitas lapar di lambung
menurun, asam lambunhg menurun,waktu mengosongkan lambung lama.
peristaltik usus lemah
hingga timbul konstivasi , fungsi absorpsi lemah, liver mengecil, berkurangnya
aliran darah , dan menurunya tempat penyimpanan lemak, produksi enzim pencernaanmenurun,
disfagia, BB menurun.
Sistem Kardiovaskuler:
masa jantung bertambah,
ventrikel kiri hipertrofi, kemampuan peregangan jantung berkurang, perubahan
jaringan ikat dan penumpukan lopofusin dan klasifikasi SA node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat, konsumsi O2 pada tingkat maximal
berkurang sehingga kapasitas paru menurun , katup menebal dan kaku , menurunnya
kontraksi dan volum, elastisitas pembuluh darah menurun, meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer sehingga TD meningkat (hipertensi)
Sistem Respirasi:
kekuatan otot
pernafasan menurun dan kaku ,
elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas
lebih berat , alveoli melebar dan
jumlahnya menurun.
kemampuan batuk
menurun, penyempitan pada bronkus.
Sistem Endokrin:
Produksi hormon
menurun, penurunan aktivitas tiroid, hormon seksual, dan fertilasi menurun.
hormon pertumbuhan menurun sehingga menimbulkan osteoporosis.
Sistem He,matologi:
Sumsum Tulang
mengandung lebih sedikit sel hemopoitik , respon regeneratif terhadap hilang
darah atau terapi anemia defisiensi besi, megaloblastik, anemia penyakit
kronis.
Persendian:
jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament , fasia mengalami, penurunan elastis, ligament dan jaringan
peritatukular mengalami daya lentur terjadi degenerasi , erosi, dan klasifikasi
pada kartilago, dan kapsul sendi , fleksibelitas sendi menurun sehingga luas
dan gerak sendi menurun, kaku sendi.
Sistem Syaraf
- Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap harinya)
- Cepatnya menurun hubungan persyarafan
- Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres
- Mengecilnya syaraf panca indera
- Kurang sensitif terhadap sentuhan
- Penurunan kecepatan konduksi syaraf, cepat bingung, kehilangan orientasi lingkungan, penurunan sirkulasi serebral ( pingsan, kehilangan keseimbangan )
- Meningen menebal, giri dan sulci otak berkurang kedalamannya, degenerasi pigmen substantia nigra, kekusutan neurofibriler dan pembentukan badan-badan hirano
Sistem urogenital dan tekanan darah :
terjadi penebalan kapsula bowman, gangguan
permeabilitas terhadap solut yang akan di filtrasi , nefron mengalami penurunan
jumlah dan timbul atrofi pada ginjal , aliran darah di ginjal meurun , penebalan intima pada pembuluh darah
atau tunika media akibat aterosklorosis dan proses menua, kelenturan pembuluh
darah tepi meningkat sehingga menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat.
Sistem Integumen:
kulit menipis , kering , fragil , berubah
warna, rambut rambut ,menipis , beruban, kuku menipis, mudah patah, pertumbuhan
lambat , beralur, elastisitas kulit menurun, purpura senilis, bercak campbell
de morgan, berkurangnya bantalan akibat penurunan lemak subskutan, degenerasi
kolagen, arofi epidermis, kelenjar keringat, folikel rambut, perubahan
pigmenter.
Sistem muskuloskletal ;
cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis) bungkuk (kifosis) persendian kaku dan membesar akibat atrofi
otot , kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami skerosis.
Sistem Reproduksi:
1.
pada lansia wanita : terjadi menciutnya ovarium
dan uterus , atrofi pada payudara , monopause , selaput lendir vagina menurun,
permukaan menjadi halus sekresi menjadi berkurang, reaksi sifat sekresi menjadi
alkali.
2.
pada lansia pria : testis masih dapat
memproduksi spermatozoa meskipun terjadi penurunan berangsur-angsur, dorongan
seksual menetap sampai umur diatas 70th.
C. TERAPI FISIK
1. PENGERTIAN
Menurut Hidayat (2002) senam
didefinisikan sebagai suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan
sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan
tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan
menanamkan nilai-nilai mental spiritual. Penelitian lain dikemukakan oleh
Werner (2000) yang menyebutkan bahwa senam adalah bentuk latihan tubuh pada
lantai dan pada alat yang dirancang untuk melungkatkan daya tahan, kekuatan,
kelentukan, kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh.
Lansia atau usia tua adalah periode dimana organisme
telah mancapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan
kemunduran sejalan dengan waktu (Ahmadi, 2009).
Senam lansia adalah olahraga ringan
dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas
olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena
melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan
radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh.
2.
JENIS SENAM
LANSIA
Jenis-jenis senam lansia yang biasa diterapkan,
meliputi :
a)
Senam
kebugaran lansia
b)
Senam otak
c)
Senam
osteoporosis
d)
Senam
hipertensi
e)
Senam
diabetes mellitus
f) Olahraga
rekreatif/jalan santai.
3.
MANFAAT
OLAHRAGA BAGI LANSIA
Semua senam dan aktifitas olahraga
ringan tersebut sangat bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif/penuaan.
Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn)
dan usia lansia (65 thn ke atas).
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup jantung waktu istirahath yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kncepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun (Poweell, 2000)
Dengan mengikuti senam lansia efek minimalya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup jantung waktu istirahath yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kncepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun (Poweell, 2000)
Dengan mengikuti senam lansia efek minimalya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
Manfaat dari olahraga bagi lanjut
usia menurut Nugroho (1999; 157) antara :
a)
Memperlancar
proses degenerasi karena perubahan usia
b)
Mempermudah
untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (Adaptasi)
c)
Funsi
melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalnya sakit. Sebagai rehabilitas pada lanjut usia
terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal,
toleransi latihan, kapasitas aerobic dan terjadinya peningkatan lemak tubuh.
Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan
kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukkan
bahwa latihan/ olahraga seperti senam lansia dapat mengeliminasi berbagai
resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner
dan kecelakaan (Darmojo 1999; 81).
4. TUJUAN SENAM
LANSIA DENGAN HIPERTENSI
· Melebarkan pembuluh darah
· Tahanan
pembuluh darah menurun
· Berkurangnya hormon yg memacu peningkatan tekanan
darah
· Menurunkan lemak / kolesterol yang tinggi.
5. INDIKASI SENAM LANSIA
Indikasi dilakukan
senam lansia dengan hipertensi adalah klien yang menderita hipertensi
6. KONTRAINDIKASI
-
Klien dengan fraktur ekstremitas bawah atau bawah
-
Klien dengan bedrest total
7. PERMASALAHAN
DAN PEMECAHANNYA
Permasalahan yang biasanya terjadi
yang merupakan hambatan dalam melakukan senam lansia adalai rasa bosan.
Perasaan ini wajar saja dan muncul mungkin dikarenakan tidak adanya variasi
senam. Untuk itu macam atau jenis senam yang dilakukan sebaiknya selalu
bervariasi/berganti-ganti. Misalnya pada minggu pertama melakukan senam
kebugaran dan minggu selanjutnya jenis senam osteoporosis dan seterusnya
dilakukan secara bergiliran. Musik juga mempengaruhi, sehingga peserta senam
lansia menyukai musik tertentu yang memungkin tumbuh semangat para lansia
ketika melakukan senam lansia.
8.
LANGKAH-LANGKAH
SENAM LANSIA DENGAN HIPERTENSI
a. Tarik nafas, angkat tangan ke atas,
hembuskan pelan-pelan dari mulut tangan turunkan. Lakukan sebanyak 2x
b. Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak
8 kali. Lakukan 2x
c. Ayunkan kaki kiri kedepan sebanyak 8
kali. Lakukan 2x
d. Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak
2x kemudian kaki kiri sebanyak 2x
e.
Jalan
ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
f.
Letakkan
tangan diperut tangan kanan ayunkan kesamping kanan dan kanan ayunkan ke kanan.
Lakukan secara bersamaan 8 kali. Lakukan 2x
g.
Letakkan
tangan kanan diperut tangan kiri ayunkan ke samping kiri dan kaki kiri ayunkan
ke kiri. Lakukan secara bersamaan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
h.
Letakkan
tangan diperut ayunkan kedua tangan kesamping dan kedua kaki kesamping sebanyak
8 kali. Lakukan 2x
i.
Jalan
ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
j.
Letakkan
tangan di perut ayunkan ke atas bersamaan dengan kaki ayunkan kesampingsebanyak
8 kali. Lakukan 2x
k.
Jalan di
tempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
l.
Pada
hitungan satu, ujung jari kaki menyentuh tanah pada hitungan ke dua tumit
menyentuh tanah, lakukan pada kaki kiri dan kanan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
m.
Tarik nafas,
angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari mulut tangan turunkan.
Lakukan sebanyak 3x
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit
kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah. WHO (World Health Organization)
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah
sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Salah satu penyebab hipertensi adalah faktor umur, hipertensi banyak
dialami oleh lansia. karena secara alami pada saat lansia terjadi perubahan
fisik , perubahan fisik pada sistem kardiovaskular yaitu masa jantung
bertambah, ventrikel kiri hipertrofi, kemampuan peregangan jantung berkurang,
perubahan jaringan ikat dan penumpukan lopofusin dan klasifikasi SA node dan
jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat, konsumsi O2 pada tingkat
maximal berkurang sehingga kapasitas paru menurun , katup menebal dan kaku ,
menurunnya kontraksi dan volum, elastisitas pembuluh darah menurun,
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga TD meningkat
(hipertensi)
Untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik pada saat lansia yaitu salah
satunya dengan cara terapi fisik , apa itu terapi fisik, menurut Hidayat (2002)
senam didefinisikan sebagai suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk
dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis
dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan
nilai-nilai mental spiritual.
Jenis-jenis senam
lansia yang biasa diterapkan, meliputi :
Senam kebugaran lansia,
Senam otak, Senam osteoporosis, Senam
hipertensi ,Senam diabetes mellitus , Olahraga rekreatif/jalan santai.
bahaya skl yah darah tinggi itu, harus mengubah pola makan dan pola kesehatan nih untuk menjaga agar tekanan darah tetap stabil ^^. Oh iya tau gak sob yang menjual baju senam terbaru untuk menunjang penampilan ketika senam supaya makin okeee ;) makasih
BalasHapusBagus sekali gan artikelnya. cocok sekali senam lansia ini untuk para lansia. apalagi lansia yang memiliki penyakit asam urat, diabet, dsb. makasih gan atas informasinya y^^
BalasHapusdan klo baju senam wanita yg cocok Buat senam lan sia ini seperti apa ya...