BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan
suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu
tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur
hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan
mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh
telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut
titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh
inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap,
hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk
mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan
pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh
yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri
kompres, beri obat penurun panas (Harold S. Koplewich, 2005). Ada beberapa
teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain
kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah,
kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu
penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita
akan berfokus pada penggunaan teknik kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu
tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana tinjauan teori mengenai regulasi suhu dan proses
konduksi
- Bagaimana regulasi suhu dan proses konduksi pada system
integument
1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
-
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata
kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2 mengenai “Perubahan Suhu
Dan Panas”
.
Tujuan Khusus :
-
Untuk mengetahui tinjauan teori mengenai regulasi suhu dan
proses konduksi.
-
Untuk mengetahui mengenai regulasi suhu dan proses konduksi
pada system integument.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Suhu adalah besaran yang menyatakan
derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu
adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu
cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan
teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya,
semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara
mikroskopis, suhu menunjukkan energi
yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda
masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di
tempat berupa getaran.
Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda
tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat macam
termometer yang paling dikenal adalah Celsius,
Reamur, Fahrenheit dan Kelvin
Manusia dan binatang menyusui
mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh relative konstan dan berlawanan
dengan suhu lingkungan. Kepentingan dipertahankan suhu tubuh pada manusia
adalah berhubungan dengan reaksi kimia didalam tubuh kita. Misalnya kenaikan suhu 10 derajat Celcius
bisa mempercepat proses biologis 2-3 kalinya. Suhu inti (core
temperature) manusia berfluktuasi +1 derajat Celcius dalam kegiatan
sehari-hari. Misalnya paling rendah adalah pada waktu pagi hari (jam 4-6 subuh)
dan mencapai puncaknya pada sore hari (jam 2-3 sore).

- Reseptor panas dan dingin terletak dalam kulit. Saat suhu tubuh meningkat, hypothalamus mengirimkan sinyal saraf menuju kelenjar keringat dan menyebakan pelepasan air sekitar 1-2 liter perjam untuk mendinginkan tubuh.
Hipothalamus juga menyebabkan
pelebaran pembuluh darah di kulit membuat lebih banyak darah mengalir ke area
tersebut dan menebabkan panas terlepas dari permukaan kulit.
- Saat suhu tubuh menurun, kelenjar keringat mengkerut dan produksi keringat berkurang. Jika suhu tubuh terus menerus berkurang, tubuh akan menjaga thermiogenesis, dengan cara meningkatkan laju metabolisme dan dengan menggigil.
- Kehilangan air lewat kulit berlangsung dalam dua cara, penguapan dan berkeringat.
BAB
III
PEMBAHASAN
REGULASI
SUHU TUBUH DAN PROSES KONDUKSI
3.1
Kulit sebagai Pengatur Suhu
Proses
kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam
fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi
sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh.
Di samping itu
di dalam kulit juga terdapat reseptor berbagai macam sensasi, sati di antaranya
oleh termoreseptor. Bagaimana kulit berperan sebagai pengatur suhu, dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Bila tubuh
merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke
lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan
kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan
konduksi–konveksi sangat di tentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan
lingkungan eksterna. Bagian pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang
di jaga tetap sekitar 37 derajat C.
Mengelilingi
pusat tubuh adalah lapisan kulit dimana terjadi pertukaran panas antara tubuh
dan lingkungan luar. Dalam usaha memelihara kekonstanan suhu pusat tubuh,
kapasitas insulatif dan suhu kulit dapat di atur ke berbagai gradient suhu
antara kulit dan lingkungan eksterna, dengan cara demikian mempengaruhi tingkat
kehilangan panas.
Kapasitas
insulatif kulit dapat di ubah-ubah dengan mengontrol jumlah darah yang mengalir
melalui kulit. Darah yang mengalir ke kulit melayani 2 fungsi. Pertama,
menyediakan pasok makanan ke kulit.
Kedua, karena
darah di pompa ke kulit dari jantung, maka darah membawa panas dari pusat tubuh
ke kulit. Aliran darah ke kulit terutama berfungsi meregulasi suhu. Pada suhu
kamar yang normal, 20-30 lebih darah mengalir melaluikulit untuk keperluan
nutrisi.
Pada proses
termoregulasi, aliran darah kulit dapat sangat berubah-ubah, dari 400 ml sampai
2.500 ml/menit. Lebih banyak darah mencapai kulit dari pusat tubuh yang panas,
maka suhu kulit lebih dekat ke suhu pusat. Pembuluh darah kutaneus menghadapi
keefektivan kulit sebagai suatu insulator dengan membawa panas ke permukaan,
dimana suhu ini dapat hilang dari tubuh melalui radiasi dan konduksi–konveksi.
Jadi, vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang memungkinkan peningkatan
peningkatan aliran darah panas ke kulit, akan meningkatkan kehilangan panas.
Sebaliknya vasokontriksi pembuluh darah kulit mengurangi aliran darah ke kulit,
dengan demikian menjaga suhu pusat tubuh konstan,dimana darah diinsulasi dari
lingkungan eksternal, jadi menurunkan kehilangan panas.
Bagaimanapun, kulit bukan merupakan
insulator yang sempurna, Bahkan dengan vasokonstriksi yang maksimum. Meskipun aliran
darah ke kulit minimal, sebagian panas tetap di transfer melalui konduksi dari
organ lebih dalam ke permukaan kulit dan kemudian di lepaskan dari kulit ke
lingkungan.
Respon-respon vasomotor kulit ini
dikoordinasi oleh hipotalamus melalui jalur system saraf simpatik. Aktifitas
simpatik yang di tingkatkan ke pembuluh kutaneus menghasilkan penghematan panas
vasokonstiksi untuk merespon suhu dingin,sedangkan penurunan aktivitas
simpatetik menghasilkan kehilangan panas vasodilatasi pembuluh darah kulit
sebagai respon terhadap suhu panas.
Kulit sebagai organ pengatur panas. Suhu tubuh
seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini
dipertahankan karena penyesuaian antara panas yang hilang dan panas yang dihasilkan,
yang diatur oleh pusat pengatur panas. Pusat ini segera menyadari bila ada
perubahan pada panas tubuh, karena suhu darah yang mengalir melalui medulla
oblongata. Suhu normal (sebelah dalam) tubuh, yaitu suhu visera
dan otak adalah 36-37C. Suhu kulit sedikit lebih rendah.
Persyarafan
vaso-motortik mengendalikan anterior kutan dengan 2 cara, yaitu vaso-dilatasi
dan vaso-kontriksi. Pada vaso-dilatasi anteriol memekar, kulit menjadi lebih panas,
dan kelebihan panas cepat terpancar dan hilang, dan juga hilang karena kelenjar
keringat bertambah aktif, dan karena itu terjadi penguapan cairan dari
permukaan tubuh. Pada vaso-kontriksi pembuluh darah dalam kulit mengerut, kulit
menjadi pucat dan dingin, keringat hampir dihentikan, dan hilangnya panas
dibatasi. Dengan pengendalian ini pelepasan panas ditambah atau dikurangi
sesuai kebutuhan tubuh. Kulit adalah organ utama yang berurusan dengan.
Panas dilepas oleh kulit dengan
berbagai cara yaitu:
- Dengan penguapan, jumlah keringat yang dibuat tergantung dari banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah kulit.
- dengan pemancaran, panas yang dilepas ke udara sekitarnya.
- dengan konduksi, panas dialihkan ke benda yang disentuh, seperti pakaian.
- dengan konveksi (pengaliran) karena mengalirnya udara yang telah panas, maka udara yang menyentuh permukaan tubuh diganti dengan udara yang lebih dingin.
Cara mendinginkan tubuh yang
terlampau panas, baik dengan membiarkan udara mengalir menyentuh kulit dengan
cara mengipas, mengusap badan, atau merendam kedalam air dingin.
1.
Mekanisme Kehilangan Panas Melalui
Kulit
ü Radiasi
Radiasi
adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas
inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang
gelombang 5–20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala
penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada
kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi
kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di
pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit.
Sekali suhu
udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi
pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara
baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.
ü Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
ü Evaporasi
Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450–600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12–16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450–600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12–16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
ü Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akan menjadi dipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akan menjadi dipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.
3.2
Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat merupakan kelenjar
eksokrin yang eksresinya dikeluarkan melalui pori- pori yang tersebar luas di
seluruh permukaan kulit. Kelenjar keringat dibedakan menjadi dua macam
berdasarkan atas sekresinya, yaitu :
-
Kelenjar ekrin, tersebar di seluruh permukaan tubuh, memproduksi keringat
jernih yang terutamamengandung air, NaCl, dan urea.
-
Kelenjar apokrin, dijumpai terutama pada ketiak dan daerah genital. Disamping mensekresikan air, NaCl,
dan urea, kelenjar ini juga mensekresikan zat dari bahan dasar protein bersusu
yang merupakan medium ideal untuk mikroorganisme yang berada dalam kulit.
Kelenjar keringat, berada di bawah
pengendalian system saraf. Di samping sebagai alat eksresi, kelenjar keringat
merupakan bagian penting dari alat regulasi suhu tubuh. Bila suhu lingkungan
cukup panas, maka kelenjar keringat akan mensekresikan keringat kepermukaan
tubuh untuk kemudian di uapkan airnya. Penguapan ini menggunakan panas tubuh,
sehingga dengan demikian penguapan keringat berlaku sebagai system keadaan
darurat untk membebaskan panas apabila system pendingin pembuluh darah tidak
bekerja dengan baik untuk memelihara homeostasis. Kehilangan panas dan penyimpanan
panas di atur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi
kelenjar keringat.
3.3
Pengertian suhu tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara
jumlah panas yang dproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke
lingkungan luar.adapun tempat pengukuran suhu tubuh:suhu inti yaitu suhu
jaringan dalam relatif konstan seperti rektum, membran timpani, esofagus,
arteri pulmoner, kandung kemiih dan suhu permukaan seperti kulit, aksila, oral.
Rasa suhu
mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor
dingin/panas berfungsi mengindrai rasa panas dan refleks pengaturan suhu tubuh.
Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam system syaraf pusat.
Dengan
pengukuran waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa kecepatan hantar untuk rasa
dingin lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan hantaran rasa panas.
Suhu
tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.
Suhu
tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur
hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan
mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh
telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut
titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh
inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap,
hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk
mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan
pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Dengan anestesi
blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun subjektif rasa
dingin dan panas dapat dipisah yaitu:
-
Rasa suhu kulit yang tetap (rasa suhu
static). Bila seseorang berendam di air hangat maka mula-mula rasa hangat akan
dialami oleh orang tersebut. Lama-kelamaan rasa hangat tidak lagi dirasakan dan
kalau ia keluar dari air dan masuk kembali maka ia akan merasakan hangat
kembali. Hal ini terjadi karena suhu tubuh beradaptasi secara penuh terhadap
suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini terjadi pada uhu netral (suhu nyaman).
Rasa hangat yang mantap akan dirasakan bila suhu berada di atas 36C dan rasa
dingin dirasakan pada suhu 17C.
-
Rasa suhu kulit yang berubah (rasa suhu
dinamik). Pada pengindraan suhu kulit yang berubah tiga parameter tertentu.
Suhu awal kulit, kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar tehadap
rangsangan suhu. Pada suhu kulit yang rendah, ambang rasa hangat tinggi
sedangkan untuk rasa dingin rendah.
Bila suhu meninkat ambang rasa hangat
menurun dan ambang rasa dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu berpengaruh
terhadap timbulnya rasa panas/dingin. Luasnya daerah kulit yang terpapar juga
berpengaruh pada rasa timbulnya panas/dingin.
-
Titik rasa dingin dan panas. Pada
permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan dingin dan panas
terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih
rendah dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih
banyak dibandingkan dengan titik rasa panas. Kulit wajah daerah yang paling
peka terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin paling tinggi.

a. Selalu mengeluarkan impuls pada suhu
kulit yang konstan frekuensinya bergantung pada suhu kulit itu sendiri.
b. Pada penurunan/peningkatan suhu akan
terjadi perubahan frekuensi impuls.
c. Tidak peka terhadap rangsangan lain.
d. Ambang rangsang sesuai dengan
kepekaan rasa suhu manusia terhadap rangsang suhu dikulit.
e. Mempunyai daerah reseptif yang sempit, setiap
serat eferen mensarafi satu atau beberapa titik rasa suhu saja.
3.4
Macam–macam suhu tubuh





Berdasarkan distribusi suhu di dalam
tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat
pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga
pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C).
Selain itu, ada suhu permukaan (surface
temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan
lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
ü Faktor Yang
Mempengaruhi Suhu Tubuh
- Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu
berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi
berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait
dengan laju metabolisme.
- Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan
metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis
dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.
Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi
panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang
menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan
metabolisme.
- Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat
menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya,
produksi panas tubuh juga meningkat.
- Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper
semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat
mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
- Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan
produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada
laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan
suhu tubuh sekitar 0,3–0,6°C di atas suhu basal.
- Demam (peradangan)
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan
peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
- Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan
metabolisme 20–30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan
yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami
penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak
tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan
isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan
sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
- Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot/organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3–40,0 °C. - Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada
hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami
gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat
merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar
keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh
terganggu.
- Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Suhu tubuh dihasilkan dari :





3.5
Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh
Berubah
-
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
- Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh.
Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus
posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang
kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke
kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
- Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu
yang melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan
peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar
1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu
membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih
besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu
meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh
pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf
simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf
kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat.
Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari
epinefrin dan norefineprin.
- Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan
menggigil dihambat dengan kuat.
-
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi
terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
b.
Piloereksi
Rangsangan
simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut
berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat
rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap
lingkungan.
c.
Peningkatan
pembentukan panas
Pembentukan
panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil,
pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi
tiroksin.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Proses
kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam
fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi
sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh.
Bila tubuh
merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke
lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan
kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan
konduksi–konveksi sangat di tentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan
lingkungan eksterna.
4.2 Saran
Semoga makalah
yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Dengan adanya
makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah “Ilmu Dasar Keperawatan 2”. Selain itu diperlukan lebih
banyak referensi dalam penyusunan makalah ini agar lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Syaifuddin. 2006. Anatomi
Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGC
Pearce,
C Evelyn. 2009. Anatomi Untuk Paramedis.
Jakarta: Gramedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar