LAPORAN
PENDAHULUAN
Bedside Teaching
“Pemeriksaan
fisik pada penderita penyakit jantung”
Disusun oleh :
Kelompok 1
Ana Molica
Andicka Pratama
Doni Irawan
Fatimah Nurcahya
Marwan Maizura
Tita Diana Rahman
Tika Arsita

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011/2012
LAPORAN
PENDAHULUAN
Kegiatan : BedSide Teaching Pada Pasien penderita
penyakit jantung
Tempat : Rumah Sakit Abdul Muluk
Waktu : Kamis, 14 Juni 2012
A. Latar Belakang
Jantung (bahasa latin, cor) adalah
sebuah rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh
kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti berhubungan dengan
jantung, dari Yunani cardia untuk jantung.Ukuran jantung manusia kurang lebih
sebesar kepalan tangan seorang laki-laki dewasa. Jantung adalah satu otot tunggal yang terdiri dari lapisan endothelium.
Jantung terletak di dalam rongga thoracic, di balik tulang dada/sternum. Struktur
jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri.
Dalam proses perkembangannya, makhluk hidup sangat tergantung pada
berfungsinya system kardiovaskuler secara optimal, dan kelainan yang terjadi
pada sistim ini akan menyebabkan konsekuensi klinik yang serius. Jantung
sangant berperan penting bagi kehidupan manusia karena jantung memiliki fungsi
vital yaitu untuk memompakan darah ke seluruh tubuh atau jaringan tubuh. Darah
yang dipompa mengantarkan nutrisi dan O2 ke jaringan untuk kealngsungan hidupnya,
sehingga jaringan dapat hidup dan menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Melihat betapa pentingnya pernan jantung tersebut, kita perlu mempeajari
tata car pemerikasaan jantung secara sederhana untuk setidaknya mengetahui
kelainan-kelainan yang mungkin terjadi dari pemeriksaan ini. Dalam percobaan
ini akan dilakukan pemeriksaan fisis jantung untuk mengetahui letak apeks,
batas-batas jantung, dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
B. Proses Pembelajaran
1.
Diagnosa Keperawatan
Tanda-tanda fisik penderita penyakit
jantung berhubungan dengan penurunan
curah jantung
2.
Tujuan Umum
Peserta didik dapat
memahami tentang tata cara pemeriksaan fisik jantung.
3.
Tujuan Khusus
Setelah
bimbingan klinik dilakukan diharapkan peserta didik dapat:
·
Menyebutkan
tujuan dari pemeriksaan fisik jantung kepada pasien dan
keluarganya , pembimbing dan peserta didik lainnya.
·
Peserta didik
dapat menyebutkan prosedur kerja yang dilakukan.
·
Peserta didik
dapat menyebutkan hasil pengkajian keperawatanatau Bed Side Teaching
4.
Implementasi Tindakan Keperawatan
Metode : Pembelajaran Klinik (Bed Side
Teaching)
Alat : - Stetoskop
Waktu : Kamis, 14 Juni 2012
Tempat : Ruang Melati No. 02
Sasaran : Peserta didik, pasien, dan
keluarga pasien.
5.
Pengorganisasian
Penanggung jawab : Tita Diana Rahman
Pembimbing : Ana Molica
Andicka Pratama
Peserta Didik : Fatimah Nurcahya
Tika Arsita
Orang tua pasien : Marwan Maizura
Pasien : Doni Irawan.
Lampiran Materi :
Pemeriksaan
Fisik Penderita Penyakit Jantung
1. Pengertian
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk
menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian
tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan (auskultasi).Umumnya pemeriksaan ini dilakukan secara berurutan
(inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi). Khusus untuk pemeriksaan abdomen,
sebaiknya auskultasi dilakukan sebelum palpasi.
2. Tujuan
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk
mengetahui tanda-tanda fisik pasien penderita penyakit jantung ,sebelum
mengetahui hasil pemeriksaan lebih lanjut.
3. Indikasi dan kontraindikasi
·
Klien dengan penderita penyakit jantung
·
Nyeri dada akut, muntah, jauh dari rumah
sakit 2 jam.
·
Identifikasi klien yang memiliki resiko
tinggi untuk mengalami masalah saat terjadi nyeri dada akut, muntah, sakit
kepala.
4. Persiapan
a.
Alat
-
Stetoskop
5. Pelaksanaan
Cara Kerja
1. Inspeksi dan palpasi
1. Melakukan inspeksi dari sisi
kanan pasien dan dari arah kaki penderita untuk menentukan apakah simetris atau
tidak simetris
2. Kemudian lakukan inspeksi dari sisi sebelah kanan tempat tidur pada dinding depan dada dengan cermat, perhatikan adanya pulsasi
3. Perhatikan daerah apex kordis, apakah iktus kordis nampak atau tidak nampak
4. Mempalpasi iktus kordis pada lokasi yang benar
5. Meraba iktus kordis dengan ujung jari-jari, kemudian ujung satu jari
6. Meraba iktus kordis sambil mendengarkan suara jantung untuk menentukan durasinya
7. Mempalpasi impuls ventrikel kanan dengan meletakkan ujung jari-jari pada sela iga 3,4 dan 5 batas sternum kiri
8 Meminta penderita untuk menahan napas pada waktu ekspirasi sambil mempalpasi daerah diatas
9 Mempalpasi daerah epigastrium dengan ujung jari yang diluruskan untuk merasakan impuls/pulsasi ventrikel kanan
10 Arah jari ke bahu kanan
11 Mempalpasi daerah sela iga 2 kiri untuk merasakan impuls jantung pada waktu ekspirasi
12 Mempalpasi daerah sela iga 2 kanan untuk meraskan impuls suara jantung dengan tekhnik yang sama
2. Kemudian lakukan inspeksi dari sisi sebelah kanan tempat tidur pada dinding depan dada dengan cermat, perhatikan adanya pulsasi
3. Perhatikan daerah apex kordis, apakah iktus kordis nampak atau tidak nampak
4. Mempalpasi iktus kordis pada lokasi yang benar
5. Meraba iktus kordis dengan ujung jari-jari, kemudian ujung satu jari
6. Meraba iktus kordis sambil mendengarkan suara jantung untuk menentukan durasinya
7. Mempalpasi impuls ventrikel kanan dengan meletakkan ujung jari-jari pada sela iga 3,4 dan 5 batas sternum kiri
8 Meminta penderita untuk menahan napas pada waktu ekspirasi sambil mempalpasi daerah diatas
9 Mempalpasi daerah epigastrium dengan ujung jari yang diluruskan untuk merasakan impuls/pulsasi ventrikel kanan
10 Arah jari ke bahu kanan
11 Mempalpasi daerah sela iga 2 kiri untuk merasakan impuls jantung pada waktu ekspirasi
12 Mempalpasi daerah sela iga 2 kanan untuk meraskan impuls suara jantung dengan tekhnik yang sama
2.
Perkusi
1. Melakukan perkusi untuk menentukan batas jantung
yaitu dengan menentukan batas jantung relatif yang merupakan perpaduan bunyi
pekak dan sonor
2. Menentukan batas jantung kanan relatif dengan perkusi dimulai dengan penentuan batas paru hati, kemudian 2 jari diatasnya melakukan perkusi dari lateral ke medial
3. Jari tengah yang dipakai sebagai plessimeter diletakkan sejajar dengan sternum sampai terdenganr perubahan bunyi ketok sonor menjadi pekak relatif (normal batas jantung kanan relatif terletak pada linea sternalis kanan)
4. Batas jantung kiri relatif sesuai dengan iktus kordis yang normal, terletak pada sela iga 5-6 linea medioclavicularis kiri
5. Bila iktus kordis tidak diketahui, maka batas kiri jantung ditentukan dengan perkusi pada linea axillaris media ke bawah. Perubahan bunyi dari sonor ke tympani merupakan batas paru-paru kiri. Dari Batas paru-paru kiri dapat ditentukan batas jantung kiri relatif
5. Dari atas (fossa supra clavicula) dapat dilakukan perkusi ke bawah
6. Mencatat hasil perkusi untuk mentukan batas jantung
2. Menentukan batas jantung kanan relatif dengan perkusi dimulai dengan penentuan batas paru hati, kemudian 2 jari diatasnya melakukan perkusi dari lateral ke medial
3. Jari tengah yang dipakai sebagai plessimeter diletakkan sejajar dengan sternum sampai terdenganr perubahan bunyi ketok sonor menjadi pekak relatif (normal batas jantung kanan relatif terletak pada linea sternalis kanan)
4. Batas jantung kiri relatif sesuai dengan iktus kordis yang normal, terletak pada sela iga 5-6 linea medioclavicularis kiri
5. Bila iktus kordis tidak diketahui, maka batas kiri jantung ditentukan dengan perkusi pada linea axillaris media ke bawah. Perubahan bunyi dari sonor ke tympani merupakan batas paru-paru kiri. Dari Batas paru-paru kiri dapat ditentukan batas jantung kiri relatif
5. Dari atas (fossa supra clavicula) dapat dilakukan perkusi ke bawah
6. Mencatat hasil perkusi untuk mentukan batas jantung
3. Auskultasi
1. Penderita diminta untuk rileks dan tenang
2. Penderita dalam posisi berbaring dengan sudut 30o
3. Dalam keadan tertentu penderita dapat dirubah posisinya (tidur miring, duduk)
4. Penderita diminta bernapas biasa
5. Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru perhatikan adanya suara tambahan
6. Mulailah Melakukan auskultasi pada beberapa tempat yang benar :
• Di daerah apeks / Iktus kordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup mitral ( dengan corong stetoskop)
• Di daerah sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal (dengan membran)
• Di daerah sela iga II kanan untuk mendengan bunyi jantung berasal dari aorta (dengan membran)
• Di daerah sela iga 4 dan 5 di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup trikuspidal (corong stetoscop)
2. Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
3. Bedakan antara sistolik dan diastolik
4. Usahakan mendapat kesan intensitas suara jantung
5. Perhatikan adanya suara-suara tambahan atau suara yang pecah
6. Tentukan apakah suara tambahan (bising) sistolik atau diastolik
7. Tentukan daerah penjalaran bising dan tentukan titik maksimunnya
8. Catat hasil auskultasi
2. Penderita dalam posisi berbaring dengan sudut 30o
3. Dalam keadan tertentu penderita dapat dirubah posisinya (tidur miring, duduk)
4. Penderita diminta bernapas biasa
5. Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru perhatikan adanya suara tambahan
6. Mulailah Melakukan auskultasi pada beberapa tempat yang benar :
• Di daerah apeks / Iktus kordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup mitral ( dengan corong stetoskop)
• Di daerah sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal (dengan membran)
• Di daerah sela iga II kanan untuk mendengan bunyi jantung berasal dari aorta (dengan membran)
• Di daerah sela iga 4 dan 5 di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup trikuspidal (corong stetoscop)
2. Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
3. Bedakan antara sistolik dan diastolik
4. Usahakan mendapat kesan intensitas suara jantung
5. Perhatikan adanya suara-suara tambahan atau suara yang pecah
6. Tentukan apakah suara tambahan (bising) sistolik atau diastolik
7. Tentukan daerah penjalaran bising dan tentukan titik maksimunnya
8. Catat hasil auskultasi
Suara
jantung pertama (S1)
Letakkan
stetoskop pada dada yaitu pada ruang interkostal V sebelah kiri sternum di atas
apeks jantung. Pada tenpat ini S1 terdengar sangat jelas dengan intensitas yang
maksimum.
Suara
jantung kedua (S2)
Letakkan
stetoskop pada ruang interkostal II sebelah kanan sternum. Disini paling jelas
terdengar S2. pada daerah pulmonar (pinggir kiri sternum bagian atas) normal
dapat didengar dua komponen S2 (suara kedua yang terpisah). Pemisahan
(splitting) dari S2 ini menjadi lebih besar (lebih jelas) pada waktu inspirasi.
Letakkan stetoskop pada pinggir kiri sternum bagian atas dan dengarkan apakan
terjadi pemisahan S2 pada waktu inspirasi dalam.
Suara
jantung ketiga (S3)
Letakkan
stetoskop pada apeks jantung 9interkosta V kiri) dan dengarkan ada tidaknya S3
sesudah S2. Untuk memperjelas S3 tinggikanlah tungkai orang coba atau mintalah
orang coba untuk melakukan kegiatan sebentar. Normal suara ini tidak terdengar
dengan stetoskop kecuali pada keadaan patologis. S4 ini terjadi akibat
kontraksi atrium yang menyebabkan darah masuk dalam ke dalam ventrikel dengan
cepat.
6. Hasil pembahasan
Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan pada orang coba
atas nama Syahrul diperoleh hasil:
v Keadaan umum (inspeksi) : tampak sehat , skleranya normal, tidak terdapat
edem.
Thoraks : bentuknya simetris, tidak terdapat penonjolan maupun bekas luka,
inspirasin dan ekspirasi normal.
v Palpasi, perabaan pada daerah apeks jantung dengan menggunakan telapak
tangan tengah diperoleh hasil: gaya dorong jantung normal dan daerah pulsasi
tidak menunjukkan tanda-tanda abnormal..
v Perkusi jantung menghasilkan bunyi pekak relatif
Batas atas : bunyi sonor ke pekak relative (batas atas paru-basis jantung),
Intercostalis II
Batas bawah : bunyi pekak relatif menjadi pekak (batas jantung bawah dengan
hati),
Intercostalis V
Batas kanan
: perkusi kearah medial, terdengar perubahan bunyi dari dari sonor ke pekak
relative (batas paru dengan jantung kanan), Linea Parastenalis Dekstra
Batas kiri
: perkusi dari linea midaksila kearah media, terdengar perubahan bunyi dari
sonor ke pekak relatif (batas paru kriri dengan jantung kiri), linea
midclavikula.
Auskultasi
Mendengarkan
bunyi jantung dengan menggunakan stetoskop.
S1 : pada
ruang ICS V sebelah kiri sternum (apeks), dapat terdengar jelas dengan
intensitas maksimum.
S2 : pada ruang ICS II sebelah kanan sternum (basal) dapat terdengar dengan
jelas. Terdapat dua komponen S2 yang dapt terdengar jelas, yang pertama yaitu
karena disebabkan penutupan katup aorta dan yang kedua yaitu akibat dari
penutupan katup pumonalis. Suara ini dapat terdengar jelas pada saat orang coba
melakukan inspirasi dalam.
S3 : tidak
terdengar jelas.
S4 : tidak
terdengar.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton and Hall. 2000. Medical Physiology.
W.B.Saunders Company : New
York
Lande,
Rante dan J.M. Ch. Pelupessy , ___, Bunyi Jantung, Cermin dunia Kedokteran,
www.google.com, diakses pada tanggal 2 November 2008.
Moehadsjah,
O. K. dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Jilid I. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Rogers, James. 2000. Cardiovascular Physiology.
http://www.nda.ox.ac.uk, diakses pada tanggal 2
November 2008.
Bianco, Carl. 2000. How Your Heart Works.
www.howstuffworks.com,
diakses pada tanggal 6 November 2008
Wikipedia Indinesia. 2008. Jantung.
http://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 2 november
2008.
Medicine and linux. 2008. Pemeriksaan Jantung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar